Krjogja.com - YOGYA - Parents Support Group for Gifted Children (PSGGC) Yogyakarta menggelar talkshow bertajuk 'Apa Kata Mereka Tentang Giftedness?' di Atrium Plaza Ambarrukmo, Sabtu (29/11/2025), sebagai upaya mengedukasi publik mengenai kebutuhan dan tantangan anak-anak gifted (cerdas istimewa) di Indonesia.
Acara menghadirkan para founder, psikolog, orang tua, hingga anak-anak gifted, serta dimeriahkan oleh penampilan bakat para peserta.
Salah satu founder PSGGC Jogja, Patricia Lestari Taslim, menjelaskan bahwa komunitas ini dibentuk sebagai ruang berbagi antar orang tua dalam mendampingi anak gifted.
"Kelompok ini terbuka bagi pendidik, pemerhati anak, dan siapa pun yang peduli pada keberadaan serta permasalahan anak-anak gifted," katanya.
Dalam talkshow tersebut, para narasumber, di antaranya Rusmawati (Ketua PSGGC Jogja), Leidy Doranggi (Founder PSGGC Jogja), Andayani Muktisari (Psikolog HIMPSI DIY), Wahyu WS (orang tua anak gifted), Pramukti Cendani (orang tua), Wilang (Gifted Teen), Samuel (Gifted Child), dan Yasha (Gifted Child), dipandu moderator Tyas Damayanti (PSGGC Jogja). Talkshow tersebut mengupas berbagai hal, termasuk karakteristik dan hambatan yang kerap tidak terlihat pada anak-anak gifted.
Patricia menegaskan bahwa giftedness merupakan bagian dari kategori Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). "Yang berbeda pada mereka adalah sistem kerja otak yang tidak kasat mata sehingga sering sulit dikenali," ujarnya.
Berbagai karakteristik khas anak gifted turut dipaparkan, mulai dari intensitas emosi tinggi, kesulitan menjalin relasi sebaya, mudah bosan di kelas, hingga ketakutan gagal (faalangst), yaitu rasa takut berlebihan akibat perfeksionisme. Kondisi ini, bila tidak dipahami, dapat membuat anak depresi atau mengalami underachievement.
Patricia mengingatkan bahwa sekitar 1 dari 50 anak tergolong gifted. "Kenali anak kita, jadikan mereka istimewa sesuai potensi masing-masing," katanya.
Patricia juga menyoroti masih adanya praktik psikologi yang tidak sesuai etika, sehingga PSGGC bekerja sama dengan HIMPSI DIY memberikan pemahaman mengenai kode etik profesi agar orang tua memiliki panduan ketika membutuhkan layanan psikolog.
Para orang tua peserta talkshow juga berbagi pengalaman tentang minimnya pemahaman pendidik terhadap kebutuhan khusus anak gifted. Mereka kerap mendapat respons seragam dari guru bahwa semua anak itu istimewa. "Padahal anak gifted membutuhkan layanan yang berbeda agar tidak berprestasi di bawah potensinya," ujar Patricia.
PSGGC Jogja terbuka untuk semua pihak yang memiliki semangat sama berkolaborasi untuk anak gifted Indonesia. (Dev)