Krjogja.com - YOGYA - Isu kesehatan mental di kalangan anak muda usia 12 hingga 30 tahun terus menjadi perhatian serius Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (YAKKUM). Data berbagai survei nasional menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan: jutaan orang Indonesia mengalami gangguan mental emosional, sementara 1 dari 3 remaja memiliki masalah kesehatan mental.
Namun hanya sekitar 2,6 persen yang mencari bantuan profesional, membuat banyak anak muda berjuang sendirian dan merasa “tidak baik-baik saja”.
Baca Juga: Mewakili Pramuka DIY, Siswa SLBN 2 Bantul Mengikuti APR Scout Jamboree di Philipina
Untuk menjawab situasi tersebut, Pusat Rehabilitasi YAKKUM bersama CBM Global menginisiasi Program ASIK (Aksi Sehat Jiwa, Inisiatif, dan Kontribusi dari Orang Muda), sebuah gerakan dari, oleh, dan untuk orang muda yang mengusung pendekatan kreatif dalam meningkatkan kesadaran kesehatan mental.
Project Manager AKSI YAKKUM, Siswaningtias Trinugraheni, menjelaskan bahwa Program ASIK telah berjalan selama tujuh bulan dan merupakan pengembangan dari program sebelumnya.
“Program ini menekankan pentingnya pencegahan. Kami ingin anak muda memahami kondisi dirinya sejak awal, punya ruang partisipasi bermakna, dan terhubung dengan sistem pendukung yang jelas,” ujarnya.
Menurut Tias, meski isu kesehatan mental mulai banyak dibahas secara promotif dan preventif, sistem yang menghubungkan sektor pendidikan dan kesehatan masih lemah. Di banyak kasus, suara dan perspektif anak muda pun belum mendapat tempat.
“Kami ingin menguatkan kapasitas anak muda, bukan hanya lewat pelatihan, tetapi dengan mendorong ide-ide kreatif untuk menceritakan pengalaman dan kebutuhan mereka. Ini penting agar suara mereka tersampaikan hingga ke layanan kesehatan,” katanya.
Tias mengakui masih banyak anak muda yang enggan mencari bantuan, bahkan untuk sekadar datang ke puskesmas atau psikolog. Hambatan sering kali datang bukan hanya dari dalam diri mereka, tetapi juga dari orang tua, teman, dan lingkungan sosial.
“Kami ingin menyampaikan bahwa merasa ‘tidak baik-baik saja’ itu wajar. Masalah kesehatan mental sama seperti masalah kesehatan lainnya—bukan sesuatu yang memalukan, bukan untuk distigma,” jelasnya.
YAKKUM menyoroti masih banyak kasus yang terlambat ditangani dan sudah berada pada tahap akut, termasuk depresi berat hingga risiko mengakhiri hidup. Karena itu, sekolah menjadi salah satu fokus penting program.
Saat ini ASIK bekerja sama dengan empat sekolah, yang diharapkan dapat menjadi ruang aman bagi remaja untuk mencari pertolongan ketika tidak merasa nyaman di rumah.
“Kami ingin sekolah menjadi tempat yang nyaman dan tidak menghakimi. Selain mengatasi bullying, sekolah juga harus punya sistem rujukan yang jelas tidak hanya kepada puskesmas, tetapi juga teman sebaya, guru, atau orang tua sebagai pertolongan pertama,” kata Tias.