yogyakarta

Imbas Konflik Iran - Israel, Harga BBM Subsidi Bakal Naik?

Kamis, 18 April 2024 | 16:24 WIB
Fahmy Radhi, (Foto: Fira Nurfiani)


KRjogja.com - YOGYA - Konflik Iran dengan Israel disinyalir membuat harga minyak dunia naik sehingga memicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Pakar Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi menyarankan Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi jika harga minyak dunia tembus USD 100 per barel nantinya.

"Jika harga minyak dunia masih di bawah USD 100 per barrel, harga BBM subsidi tidak perlu dinaikkan. Namun, kalau harga minyak dunia mencapai di atas USD 100 per barrel, harga BBM subsidi sebaiknya dinaikkan," ujar Fahmy di Yogyakarta, Kamis (18/5/2024).

Fahmy menyampaikan harga minyak dunia berpotensi naik karena lokasi konflik itu berada di sekitar Selat Hormuz. Konflik di wilayah itu bakal mengganggu jalur rantai pasok minyak dunia sehingga menghambat pasokan minyak dan menaikkan biaya distribusi.

"Apalagi sebelum pecah konflik harga minyak dunia sudah naik pada kisaran USD 89 per barrel. Potensi kenaikan harga minyak dunia akan berlanjut saat eskalasi ketegangan Iran-Israel meluas," tandasnya.

Baca Juga: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Makin Nyata, Pengaruhi Perekonomian Masyarakat

Pengamat ekonomi enegi UGM ini menjelaskan sebagai negara pengimpor, kenaikan harga minyak dunia sudah pasti menaikkan harga BBM di Indonesia bahkan di atas Indonesian Crude Price (ICP). Dengan asumsi APBN 2024 yang ditetapkan sebesar USD 82 per barrel.

"Jika eskalasi konflik Iran-Israel meluas, kenaikan harga minyak dunia tidak bisa dihindari. Kenaikan bahkan bisa mencapai di atas USD 100 per barrel," imbuhnya.

Di tengah kondisi tersebut, Fahmy menilai pemerintah dihadapkan pada dilema dalam penetapan harga BBM di dalam negeri. Jika harga BBM subsidi tidak dinaikkan, beban APBN akan membengkak. Di samping itu, kenaikan harga minyak dunia tentu bakal menguras devisa untuk membiayai impor BBM.

"Ujung-ujungnya makin memperlemah kurs rupiah terhadap dolar AS, yang sudah sempat menembus Rp. 16.000 per dollar AS. Kalau harga BBM Subsidi dinaikkan, sudah pasti akan memicu inflasi yang menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli rakyat," lanjutnya.

Baca Juga: Berlagak Cari Laudry Seorang Perempuan Bobol Rumah di Kasihan

Di tengah kondisi ketidakpastian harga minyak dunia karena konflik tersebut, Fahmy menyarankan agar pemerintah tidak memberi harapan palsu dengan menjamin harga BBM Subsidi tidak naik sampai Juni 2024. Sebelumnya Menteri Koordinator Perekonomian Erlangga Hartarto menjamin tidak akan menaikan harga BBM Subsidi sampai Juni 2024, Pemerintah hanya akan melakukan penyesuaian arah subsidi energi.

Menurutnya, pemerintah sebaiknya mengambil keputusan realistis menggunakan indikator terukur salah satunya harga minyak dunia. Harga BBM subsidi pun bakal naik, tapi pemerintah bisa menghadirkan alternatif dengan memberi bantuan bagi masyarakat terdampak khususnya masyarakat miskin.

"Kalau harga minyak dunia masih di bawah USD 100 per barrel, harga BBM subsidi tidak perlu dinaikan. Namun, kalau harga minyak dunia mencapai di atas USD 100 per barrel, harga BBM subsidi sebaiknya dinaikan, sembari memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada rakyat miskin yang terdampak," pungkas Fahmy. (Ira)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB