Krjogja.com - YOGYA - Perlu menghidupkan kembali riset/kajian/studi tentang Ki Hadjar Dewantara (KHD) dalam berbagai perspektif dan inovasi yang berkelanjutan. Selain itu, mendorong pemikiran KHD menjadi 'Memory of The World'(MoW) UNESCO atau ingatan kolektif dunia.
"Saya yakin, ajaran KHD bisa jadi Memory of The World UNESCO. Persoalannya apakah bisa dan mungkin? Patut dicoba dan diperjuangkan," ujar Dr Hastangka SFil MFil, peneliti Pusat Riset Pendidikan OR IPSH Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dalam Sarasehan 'Center of Excellent (CeO) Ki Hadjar Dewantara (KHD) & Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Ruang Senat Gedung Pusat Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), Jalan Batikan, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Rabu (03/07/2024).
Sarasehan bertema 'Tamansiswa 102 Tahun Putus Rantai Ajaran Ki Hadjar Dewantara' tersebut diberi pengantar Dr Ir Iskandar Yasin ST MT CIMP IPM ASEAN Eng (Dekan Fakultas Teknik UST) selaku penggagas acara serta dibuka Rektor UST Prof Pardimin MPd PhD. Sarasehan untuk menandai 102 Tahun Tamansiswa (3 Juli 1922 - 3 Juli 2024) juga menghadirkan pemateri Ki Kusmendar ST MT (Tim CoE KHD FT dan dosen Teknik Industri UST) dengan moderator Reza Bayu MSc (dosen FT - UST). Sarasehan ini upaya menandai 102 Tahun Tamansiswa dan Menyongsong Pencatatan Ajaran Ki Hadjar Dewantara sebagai Memory of The World in UNESCO.
Baca Juga: 445.550 Orang Tercatat Miskin, DIY Provinsi Termiskin se-Pulau Jawa
Menurut Hastangka, sekarang ini Tamansiswa perlu membuat pengarusutamaan pemikiran KHD dalam segala aspek kehidupan yang terlembaga, tersistematis dan terorganisasi dengan baik. Selain itu, perlu ada upaya kolaborasi untuk membangun suprastuktur di bidang riset nasional dan internasional untuk memberikan kontribusi secara ilmu pengetahuan tentang peran dan kontribusi pemikiran, filosofi Indonesia KHD di bidang pendidikan.
"Penguatan riset dan ekosistem epistemik dalam kajian dan studi pemikiran pendidikan Indonesia, khususnya KHD. Tegasnya, perlu adanua revitalisasi infrastruktur dan suprastruktur riset KHD," ujarnya.
Hastangka dalam sarasehan juga menyebutkan, Kementerian Luar Negeri RI belum lama menerima 3 sertifikat dari UNESCO. Tiga arsip itu dokumenter Indonesia itu, Pidato Soekarno 'To Build the World Anew', Pertemuan Pertama Gerakan Non-Blok' dan Hikayat Aceh ditetapkan sebagai 'Memory of The World' atau Ingatan Kolektif Dunia pasa Sidang Dewan Eksekutif ke-216 UNESCO. Sebelumnya telah diterima Arsip VOC, Arsip Konferensi Asia Afrika, Babad Diponegoro, Arsip Konservasi Borobudur, Arsip Tsunami, La Galigo, Negarakertagama, Cerita Panji.
Baca Juga: Penting Untuk Rencana Kerja Lulusan, Fikom Unika Gelar Internship Fair 2024
Sedangkan Rektor UST, Prof Pardimin PhD dalam sambutan antara lain mengatakan, sarasehan 102 tahun Tamansiswa dengan pemikiran baru sangatlah baik. "Ada upaya Center of Excellent memperjuangkan ajaran KHD menjadi Memory of The World UNESCO sangatlah bagus," ucapnya.
Ide, pemikiran, usulan itu penting sebagai bentuk dinamisasi, melakukan adaptasi dengan perubahan yang terjadi. "Usul, pemikiran baru itu tidak apa-apa. Setidaknya realisasi dari ajaran KHD, Ngerti, Ngrasa lan Nglakoni. Pada akhirnya ada outputnya. Kalau ajaran KHD jadi ingatan kolektif dunia, itu sangat bagus sekali." tandasnya. (Jay)