yogyakarta

Rayakan 100 Tahun Saptohoedojo, Luncurkan Buku Saptohoedojo: Seni, Rakyat dan Keabadian

Rabu, 21 Mei 2025 | 16:30 WIB
Para penulis buku bersama istri almarhum Saptohoedojo, Ny Yani dan Kartika (Foto: Istimewa)

Sapto Hudoyo, meskipun kerap dipandang sebagai sosok flamboyan dan elitis, sesungguhnya memiliki keberpihakan yang kuat terhadap masyarakat.

Melalui karya-karyanya, ia menunjukkan, seni bukan hanya milik segelintir kalangan, tetapi harus mampu menyejahterakan seniman dan masyarakat luas.

Salah satu buktinya adalah upaya Sapto mengangkat nilai seni gerabah Kasongan—dari produk sederhana menjadi kerajinan bernilai tinggi.

Bagi Sigit, Sapto adalah sosok yang membuktikan, seniman harus berdaya dan hidup sejahtera dari karyanya.

Seni yang diciptakan Sapto, termasuk bentuk penghormatan terhadap para seniman yang telah wafat, merupakan cara untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal.

Baca Juga: Matahari melintas tepat di atas Ka'bah, cek arah kiblat pada 27-28 Mei

Seni, menurutnya, harus dapat diakses dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya kalangan tertentu.

Sekar Langit Sapto Hudoyo, perwakilan keluarga besar almarhum, menyampaikan rasa bahagia dan harunya. Menurutnya, buku ini bukan sekadar penghormatan atas perjalanan hidup sang ayah, melainkan juga dokumentasi penting bagi sejarah seni rupa Indonesia.

"Kami sangat berbahagia atas peluncuran buku ini. Apalagi buku ini ditulis oleh para jurnalis senior dan budayawan yang memahami betul karakter dan perjuangan Bapak dalam dunia seni. Buku ini akan menjadi dokumen sejarah penting," ujarnya.

Suasana acara semakin reflektif saat Haryadi Baskoro, seorang pengamat budaya, turut memberikan pandangannya. Ia menilai bahwa ketulusan Sapto Hudoyo adalah inti dari seluruh karya dan perjuangannya di bidang seni.

Baca Juga: Unik, Buka Tabungan di Bank Muamalat Langsung Dapat Hewan Kurban

"Ketulusan beliau sangat terasa, baik dalam lukisan maupun dalam karya gerabah. Maka peluncuran buku ini jangan hanya berhenti sebagai seremoni. Ini harus jadi awal dari gerakan budaya. Perlu ditindaklanjuti dengan program kebudayaan lanjutan agar semangat beliau tetap hidup," ungkapnya.

Peluncuran buku ini menjadi bukti, karya dan nilai-nilai yang ditinggalkan Sapto Hudoyo masih terus hidup, menyala di hati para pecinta seni dan budaya.

Di akhir acara, para hadirin terlihat antusias berbincang hangat, membahas buku, dan merencanakan kolaborasi kebudayaan selanjutnya—sebuah sinyal semangat Sapto Hudoyo tal pernah padam. (*)

Halaman:

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB