KRjogja.com - YOGYA - Kegiatan rembug budaya dengan pokok bahasan Kedudukan Keris dalam Budaya Jawa dan Makna Jamasan Pusaka sebagai Upaya Pelestarian Tradisi telah berlangsung semarak dan produktif. Kegiatan yang diselenggarakan Trah Pasederekan Sri Sultan Hamengku Buwono II (HB II) ini diikuti wakil pemerintah, komunitas budaya, mahasiswa asing, masyarakat umum dan unsur media berlangsung Sabtu (12/7/2025) di sekretariat Trah HB II kampung Pandeyan Yogyakarta.
“HB II dicatat sejarah sebagai seorang penegak dan pembela tradisi di Nusantara, khususnya negari Yogyakarta. Mendiang memerintahkan pembuatan berbagai bentuk wayang kulit dengan watak perang. Ia juga menggubah wayang orang dengan lakon Jayapusaka dengan tokoh utama Bima yang digambarkan memegang keris sebagai senjata. Karakter Bima dan keris yang menggambarkan watak jujur, keras, tegas dan juga waspada ingin kami tumbuhkambangkan melalui kegiatan rembug budaya ini,” ungkap konseptor kegiatan Hary Sutrasno.
Baca Juga: Prediksi dan Live Streaming Chelsea vs PSG di Final Piala Dunia Antarklub, Senin 14 Juli 2025
Bertindak sebagai narasumber adalah Ketua Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) Korwil Yogyakarta Carwudi Ingalaga (Fajar Utama) dan praktisi perkerisan Yogyakarta Agung Yudianto. Rembug yang dimoderatori Tutut Suyadi nampak dinamis dan hangat. Ditandai dialog peserta dan narasumber termasuk hadirnya seorang mahasiswa Universitas Kobe Jepang. Ia menyampaikan kekagumannya atas kekayaan budaya Indonesia, termasuk keris. Menurutnya keunikan budaya ini tidak kalah dengan Jepang. Dalam sesi ini juga ditampilkan pembacaan mocopat yang memikat oleh Asmarandana Siswo Pangarso.
Carwudi Ingalaga (Fajar Utama) menyampaikan jika orang Jawa sejati lazim memiliki 5 hal. Yaitu wisma (tempat berlindung), garwa (isteri), turangga (kuda/kendaraan), kukilo (burung/hewan peliharaan) dan curiga (senjata). Adapun senjata yang paling lekat dengan identitas orang Jawa itu adalah keris. Keris mempunyai kedudukan tinggi karena dibuat oleh empu dalam waktu yang lama, berasal dari bahan pilihan, dan menjadi simbul tinggi rendahnya kedudukan seseorang.
Baca Juga: Masyarakat dan Pemangku Kepentingan di Sleman Tak Boleh Terlena dengan Kondisi Air Bersih Saat Ini
Sementara Agung Yudianto menjelaskan apa arti jamasan pusaka dan ubo rampenya, benda apa saja yang lazim dijamas, bagaimana ritual jamasan, serta apa tujuan dari ritual jamasan. “Karena rutin dijamas, orang Jawa akan bangga bila memiliki pusaka yang utuh dan sepuh. Jamasan juga akan menjadi penguat hubungan kita dengan leluhur termasuk meneladani hal-hal yan baik. Dan jika anda membuka keris, untuk menghindari potensi racun, hadapkanlah ke atas karena keris lazim mengandung arsenik,” jelas Agung.
Pada sesi pertengahan kegiatan juga diperagakan delapan bentuk pengenaan keris dalam busana jawa sekaligus maknanya. Dipandu oleh pengurus Trah Pasederekan HB II R. Heru Sumaryo dan RM. Indro Susilo Putro ditampilkan bentuk penggunaan jenis Klabang Pinipit, Nonthe (A), Nyonthe (B), Ngewal, Munyuk Ngilo, Nganggar,dan Satriyo Keplayu Lele Sinundukan.
Baca Juga: Kampanyekan Anti Sepatu KW, Fixch Gelar Latihan dan Sosialisasi Bareng Klub Voli di Jogja
Pada sesi tanya jawab, peserta Edi menanyakan mengapa orang Jawa sering menyebut keris sebagai sisihan padahal sisihan sesungguhnya adalah isteri. Dijawab narasumber jika isteri adalah sisihan utama karena merupakan ibu dari anak-anak kita. Adapun keris juga sisihan karena kedudukannya yang penting sebagai simbul perlindungan diri sekaligus identitas. Penanya Bambang yang meminta petunjuk bagaimana memilih keris yang baik dijawab narasumber agar belajar kepada guru yang benar dan memperhatikan sertifikasi yang ditetapkan SNKI.
Sebagai kelanjutan rembug budaya pada hari Sabtu 19 Juli 2025 akan dilaksanakan kegiatan Jamasan Pusaka. Kegiatan Trah Pasederekan HB II yang sudah berlangsung untuk kesekian kalinya ini lazim dikuti oleh para pemilik pusaka dari berbagai kalangan. Direncanakan berlangsung pagi hingga siang hari bertempat di Aula Kampus ATEKPI, Jalan Kedong Kuning 58 Yogyakarta.
Baca Juga: PPM MBS Yogyakarta Gelar Taaruf Akbar, Menyatukan Jejak Sejarah dan Semangat Generasi Berkemajuan
“Kepada masyarakat luas yang kagungan pusaka keris atau lainnya kami ajak mari bergabung. Kesempatan dibuka sampai dengan hari Kamis, 17 Juli 2025. Silakan datang mendaftar di sekretariat Pasederekan Trah HB II di Pandeyan UH 5/811 RT 12 RW 3 Gang Empu Gandring kidul Kota Yogyakarta atau dapat juga hubungi hp 082216704197. Kontribusi untuk jamasan setiap pusaka hanya 50 ribu rupiah,” pungkas Ketua Pasederekan Trah HB II, R. Hendro Marwoto.(*)