Krjogja.com - YOGYA - Program Studi Ekonomi, UMY kembali menunjukan komitmennya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan pembangunan berkelanjutan melalui The 1st International Conference on Development Economics and Sustainability (ICDES).
Dengan mengusung tema 'Navigating Sustainable Development through Institutional Innovation and Human Capital Empowerment', ICDES 2025 menyoroti pentingnya inovasi kelembagaan dan penguatan modal manusia dalam menjawab tantangan pembangunan global yang semakin kompleks.
Baca Juga: Dari Perunggu hingga Shaggydog, Cherrypop 2025 Day-1 Jadi Panggung Perayaan Musik Alternatif
"ICDES bukan hanya sekadar forum akademik.Tapi ruang strategis untuk membangun jejaring, menyelaraskan perspektif lintas disiplin, dan merumuskan arah kebijakan pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Kolaborasi antara akademisi dan pemangku kebijakan menjadi kunci untuk menjawab tantangan global, seperti krisis iklim, ketimpangan sosial, dan disrupsi teknologi," kata Ketua Panitia, Dr Khalifany Ash Shidiqi di Yogyakarta, Minggu (10/8).
Konferensi ini merupakan bagian dari The 9th International Conference on Sustainable Innovation (ICOSI).Kegiatan tersebut juga didukung oleh Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, BINUS University, dan Universitas Islam Internasional Indonesia (UII).
Guru Besar Ekonomi Lingkungan dan Sumber Daya UMY Prof Dr Endah Saptutyningsih menekankan, tantangan utama dalam perubahan iklim bukan hanya pada aspek karbon.
Baca Juga: Viral Bukan Kebetulan, Barasuara Tegaskan Eksistensi di Cherrypop 2025
Tetapi pada bagaimana institusi memerintah, membangun kepercayaan, dan bertindak. Pihaknya menjelaskan inovasi kelembagaan merupakan kunci dalam mencapai pembangunan berkelanjutan yang inklusif.
Tiga dimensi utama inovasi kelembagaan adalah partisipasi dalam tata kelola, adaptasi kelembagaan, dan integrasi lintas level pemerintahan.
Dosen dan Peneliti Utama di bidang Ekonomi Tenaga Kerja dan Kemiskinan, Australian National University, Australia Prof Firman Witoelar menyatakan,
menyoroti pentingnya investasi pada modal manusia sebagai pondasi pembangunan ekonomi. Khususnya melalui pendekatan yang sensitif terhadap isu gender.
Selain itu pendekatan klasik dalam ekonomi rumah tangga sering kali mengabaikan ketimpangan kekuasaan antar gender yang berdampak pada distribusi pendidikan dan kesehatan dalam rumah tangga. (Ria)