KRjogja.com - YOGYA - Bedah buku biografi Pahlawan Nasional Siti Walidah yang berlangsung hangat telah dilaksanakan Kamis (28/8/2025) di Amphiteater Museum Muhammadiyah Komplek Universitas Ahmad Dahlan, Jalan lingkar selatan Yogyakarta. Hadir memberikan pengantar Ketua PP Aisyiah Dr. Siti Aisyiah, Ketua LSBO Widiyastuti dan wakil Keluarga Pahlawan Nasional dari keluarga Diponegoro, Mr. Kasman Singodimedjo dan Sugiyono. Dalam kesempatan itu diputar juga Privat Screening film dokumenter Siti Walidah. Ulasan buku diberikan oleh Ana Mariana (UIN Surakarta), Budihusada (Dinas Kebudayaan DIY), Ratna (Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X) dan cicit Siti Walidah, Munichi B. Edrees.
“Kegiatan bedah buku ini adalah bagian dari upaya mengimplementasikan visi pengembangan Aisiyah dalam perluasan dakwah. Jihad kita melayani. Memadukan nilai kepengasuhan dan nilai ajaran Islam, mengharmonisasi nilai kejuangan kaum pria dan perempuan. Sambil membangun keluarga, kita berjihad di bidang pendidikan, kesehatan dan kebudayaan dalam arti luas,” demikian ucap Dr. Siti Aisyiah.
“Dan kita bersyukur amal usaha Aisyiyah saat ini telah meyebar ke seluruh tanah air. Ayo kita implementasikan pesan Siti Walidah : Perempuan janganlah berjiwa kerdil, Berjiwalah Srikandi,” imbuhnya.
Ketua Lembaga Seni, Budaya dan Olah Raga (LSBO) PP Aisyiah Widiyastuti menyampaikan apresiasi kepada semua pihak termasuk penyusun pertama buku Siti Walidah, Suratmin. “Mas Yusron, mas Iksan dan anak-anak muda penyusun buku dan film dokumentar telah cermat dan metodologis menyelesaikan tugas. Mereka adalah sarjana hingga doktor berbagai disiplin ilmu. Riset berbagai sumber telah dilakukan termasuk wawancara. Kiprah Aisiyah di bidang literasi dan lainnya yang baru saja dimantapkan di Ternate dan Bangka Belitung akan dilanjutkan. Inspirasi kita adalah keteladanan nilai juang Siti Walidah yang pada masa sulit dan penuh tekanan tetap sukses mempersembahkan hal terbaik bagi bangsanya,” ungkapnya.
Sementara sejarawan UIN Surakarta Ana Mariana mengupas 3 peran sekaligus yang dilakukan Siti Walidah. “Ia adalah pejuang kesetaraan, kebangsaan dan pendidikan sekaligus. Perjuangannya menembus batas jaman dan dirasakan hinga saat ini. Strateginya mensinergikan dan mengharmonisasikan nilai kepengasuhan perempuan dan keislaman,” tukasnya.
Budi Husada dari Dinas Kebudayaan menyoroti prakarsa Siti Walidah pada tumbuh kembang anak. “Prakarsanya membawa 2 anak desa dari Batur Banjarnegara juga anak-anak lain dari pelosok tanah air untuk dididik di Yogyakarta adalah contoh bagaimana menerobos tempat dan waktu untuk pengembangan anak hingga sukses," jelasnya.
Baca Juga: Keburu Ditangkap Polisi, Kurir Sabu Gagal Kirim
Ratna dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X menyoroti peran inspiratif Siti Walidah pada bagaimana membangun gerakan dakwah mendampingi suaminya KHA Dahlan. “Ia berjuang bukan dengan menyaingi perjuangan suaminya, melainkan menguatkan, melengkapi dan menyempurnakan. Mengharmoisasi dan saling menguatkan dalam membangun bidang kesehatan, pendidikan dan kebudayaan tanpa membedakan latar belakang agama, golongan, dan strata sosial ini adalah inspirasi bagi semua,” terangnya.
Pada ulasan penutup, Munichi B Edres menekankan pentingnya substansi disamping cara dalam berdakwah dari Siti Walidah dan KHA Dahlan. Implementasinya adalah memperjuangkan kebaikan harus dimulai dari diri sendiri dan jangan menganggap sepele kebaikan meskipun itu kecil. “Alquran menurut kedua tokoh kita bukan hanya dibaca, tetapi dipraktekkan. Bahkan saya tidak menemukan perintah Al Quran dihafalkan. Belum akan masuk surga, jika kamu belum mendermakan hal yang paling kamu cintai. Itulah mengapa semua amal usaha Muhammadiyah-Aisiyah diserahkan kepada umat dan menjadi besar serta memberi manfaat bagi semua lapisan anak bangsa,” tegas Munichi.
Baca Juga: PLN UP2B Sistem Makassar Dorong Budaya Pembelajaran Lewat Pelatihan Manajemen Risiko
Sebagaimana diketahui, Pemerintah dengan Keputusan Presiden No. 042/TK/1971 tangal 22 September 1971 telah mengangkat Siti Walidah sebagai Pahlawan Nasional. Kegiatan bedah buku dan pemutaran Privat Screening film dokumenter Siti Walidah yang dihadiri undangan terbatas dari aktivis aisiyah, saksi sejarah, sejarawan dan mahasiswa asing pemerhati perjuangan Siti Walidah, menjadi bagian dari proses menerima masukan penyempurnaan buku dan film dokumenter itu. Setelah penyempurnaan, buku dan film direncanakan akan diedarkan secara luas. Khusus film akan diikutsertakan dalam festival-festival Internasional, salah satunya karena ketokohan dan gagasan Siti Walidah yang universal dan mendunia.(*)