yogyakarta

Harga Pangan dan Perawatan Pribadi Picu Inflasi DIY

Kamis, 2 Oktober 2025 | 21:05 WIB
Harga pangan picu inflasi (Dok)

Krjogja.com - BANTUL – Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat laju inflasi bulanan (month-to-month/mtm) pada September 2025 sebesar 0,15 persen. Angka ini menunjukkan kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya, dengan pendorong utama berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, disusul kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Statistisi Ahli Utama BPS DIY, Sentot Bangun Widoyono, mengungkapkan sejumlah bahan pangan dan barang menjadi faktor pendorong inflasi. “Daging ayam ras, emas perhiasan, cabai merah, buncis, telur ayam ras, bayam, kontrak rumah, beras, ikan lele, dan cabai hijau menjadi komoditas yang paling berpengaruh dalam mendorong inflasi September,” ujarnya di Kantor BPS DIY, Rabu (1/10).

Baca Juga: Presiden Prabowo Hadiri Presidential Inspection di KRI dr Radjiman Wedyodiningrat (RJW-992), Anugerahkan Tanda Kehormatan

Meski demikian, ia menambahkan, beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga sehingga menahan inflasi agar tidak lebih tinggi. “Harga bawang merah, tomat, terong, jeruk, dan bawang putih turun, sehingga tekanan inflasi bisa sedikit teredam,” jelasnya.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi DIY tercatat sebesar 2,56 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 108,47. Angka ini masih dipengaruhi kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberi andil terbesar, diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. “Komoditas yang dominan menyumbang inflasi tahunan adalah emas perhiasan, beras, kelapa, bawang merah, hingga sigaret kretek mesin,” papar Sentot.

Sementara itu, sejumlah komoditas menekan laju inflasi tahunan, seperti bensin, bawang putih, salak, cabai rawit, daun bawang, kangkung, nangka muda, kentang, kacang panjang, dan telepon seluler. Dengan demikian, inflasi tahun kalender (Januari–September 2025) tercatat sebesar 1,74 persen.

Baca Juga: Kunjungi Gunungkidul, Megawati: Tingkatkan Penelitian Kekayaan Hayati

Jika dilihat per wilayah, Kota Yogyakarta mencatat inflasi bulanan sebesar 0,27 persen dan inflasi tahunan 2,72 persen dengan IHK 109,64. Sementara Kabupaten Gunungkidul lebih rendah dengan inflasi bulanan 0,05 persen dan tahunan 2,43 persen dengan IHK 107,51. Data ini menunjukkan adanya perbedaan tekanan harga antarwilayah di DIY.

BPS DIY juga mencatat kenaikan indeks harga pada hampir seluruh kelompok pengeluaran. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatat kenaikan tertinggi sebesar 10,27 persen, disusul kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,25 persen. “Satu-satunya kelompok yang mengalami penurunan adalah informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan minus 0,10 persen,” imbuhnya.

Dengan capaian tersebut, perkembangan harga di DIY pada September 2025 menunjukkan tren kenaikan, meski masih dalam batas terkendali. “Pergerakan harga tetap harus diwaspadai, terutama pada komoditas pangan strategis dan kelompok perawatan pribadi, agar inflasi tetap stabil hingga akhir tahun,” tandas Sentot. (Ira)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB