yogyakarta

RAD-PG DIY: Peningkatan Diversifikasi Pangan serta Rendahnya Konsumsi Protein Hewani

Jumat, 17 Oktober 2025 | 20:40 WIB
Rapat koordinasi capaian kinerja rencana aksi daerah pangan dan gizi DIY Tahun 2024. (Istimewa)

Krjogja.com - YOGYA - Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) merupakan instrumen kebijakan yang dirancang untuk mendukung ketahanan pangan serta perbaikan gizi masyarakat melalui langkah-langkah terintegrasi di tingkat daerah. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dokumen ini ditetapkan melalui Peraturan Gubernur DIY Nomor 119 Tahun 2021, yang memuat empat pilar utama: ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, konsumsi pangan, dan kelembagaan pangan. Keempat pilar tersebut menjadi dasar bagi berbagai program lintas sektor yang dilaksanakan pada periode 2021 hingga 2024.

Hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di DIY berada pada tingkat yang memadai. Data mencatat tidak ada kapanewon di DIY yang masuk kategori rentan maupun agak rentan pangan. Indeks Ketahanan Pangan Harapan (PPH) DIY juga menunjukkan peningkatan dan berada di atas rata-rata nasional. Kondisi ini menandakan bahwa secara umum, diversifikasi pangan di DIY lebih baik dibandingkan dengan banyak wilayah lain.

Namun demikian, masih terdapat catatan penting. Konsumsi ikan masyarakat DIY tercatat lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional, meskipun konsumsi sayur sudah melebihi angka tersebut. Konsumsi daging unggas juga belum optimal, sementara konsumsi nasi justru melebihi nilai yang disarankan dalam PPH. Pola konsumsi yang masih didominasi karbohidrat ini menunjukkan perlunya intervensi lebih kuat untuk mendorong peningkatan asupan protein hewani dan pangan bergizi lainnya.

Hasil diskusi dalam rapat monitoring dan evaluasi juga mengidentifikasi sejumlah tantangan yang perlu mendapat perhatian. Pertama adalah ketimpangan akses pangan. Meskipun ketersediaan pangan cukup, distribusi masih menghadapi kendala, ditandai dengan variasi harga bahan pokok yang cukup besar antarwilayah. Kedua, perubahan iklim turut memengaruhi produktivitas pertanian, ketersediaan air, dan stabilitas harga pangan. Ketiga, perilaku konsumsi masyarakat yang masih cenderung karbohidrat-sentris, dengan rendahnya konsumsi ikan, susu, dan daging, menjadi hambatan dalam mencapai gizi seimbang.

Dari sisi struktural, DIY juga menghadapi keterbatasan lahan pertanian. Lahan yang sempit membuat teknologi mekanisasi skala besar kurang efektif, sehingga diperlukan penerapan teknologi tepat guna. Selain itu, distribusi pangan DIY masih bergantung pada pasokan dari luar daerah yang dapat menstabilkan harga di tingkat lokal.

Berbagai pihak telah berperan dalam pelaksanaan RAD-PG DIY. Dinas Pertanian bersama Kementerian Pertanian mendorong swasembada melalui peningkatan produksi padi, jagung, dan ayam unggul, disertai program penggunaan benih berkualitas serta pupuk organik. Universitas Gadjah Mada melalui Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) turut mendampingi program pengolahan pangan, peningkatan minat bertani, serta pendampingan gizi bagi ibu hamil di Gunungkidul.

PT SGM turut serta dalam program edukasi gizi dan pencegahan stunting dengan pemberdayaan masyarakat, sementara BKKBN DIY melaksanakan program GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) bagi keluarga berisiko. Selain itu, Balai Besar POM Yogyakarta aktif melakukan monitoring keamanan pangan sekolah pada 2024. Kegiatan ini melibatkan 23 sekolah di DIY dengan fokus pada pembentukan tim keamanan pangan sekolah, penyusunan kebijakan, hingga peningkatan kapasitas guru dan siswa agar mandiri dalam menjaga kualitas pangan.

Secara umum, implementasi RAD-PG DIY 2021–2024 dapat dikatakan berhasil dalam menjaga stabilitas ketahanan pangan dan meningkatkan skor PPH masyarakat. Integrasi RAD-PG dengan RKPD juga berjalan baik, dengan tingkat keselarasan mencapai 97,30 persen pada 2024. Meski demikian, masih terdapat pekerjaan rumah besar, terutama dalam peningkatan konsumsi ikan, susu, dan daging sebagai sumber protein hewani, serta penguatan distribusi pangan lokal. Tantangan perubahan iklim dan keterbatasan lahan menuntut adaptasi teknologi dan tata kelola yang lebih inovatif. Dengan sinergi antara pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat, upaya penguatan ketahanan pangan di DIY diharapkan dapat terus berlanjut secara berkelanjutan.

(Penulis: Futiara Aturrohmah, mahasiswa Program Studi Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Sosial, Universitas Amikom Yogyakarta yang melakukan program magang di Bepperida DIY)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB