yogyakarta

Pengawasan DAS DIY Mendesak, Mas Marrel Serukan Kolaborasi Besar-Besaran Lintas Sektor

Selasa, 9 Desember 2025 | 21:35 WIB
Mas Marrel menyampaikan paparan secara virtual dalam webinar tentang pengelolaan DAS. (Istimewa)

Krjogja.com - YOGYA - Pengawasan ketat terhadap kelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS) di Daerah Istimewa Yogyakarta dinilai mendesak mengingat tantangan lingkungan yang berbeda di tiap wilayah. Ancaman penambangan pasir dan meningkatnya risiko bencana menuntut langkah serius demi menjaga keberlanjutan alam.

Demikian disampaikan tokoh muda, RM Gustilantika Marrel Suryokusumo, BA, MSc, saat menjadi pembicara kunci dalam webinar nasional bertajuk 'Pengelolaan DAS Berkelanjutan Berbasis Multistakeholder Hexahelix' di Aula BPDAS Serayu Opak Progo, Senin (8/12/2025).

Baca Juga: DIY Beri Bantuan Rp 1 Miliar untuk Sumatra dan Aceh, Kontak Kampus Bantu Biaya Kuliah dan Hidup Mahasiswa Terdampak

Webinar menghadirkan tiga pembicara, yaitu Prof Dr Slamet Suprayogi MS dari Fakultas Geografi UGM, Ir Hadiyati Utami dari Direktorat Perencanaan dan Pengelolaan DAS, serta Prof Dr rer nat Ir Heru Hendrayana IPU dari Fakultas Teknik UGM. Acara dipandu oleh Dr Masrur Alatas ST MEng selaku Ketua Forum Koordinasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (FKPDAS) DIY.

Gusthilantika Marrel atau Mas Marrel mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut menjaga kelestarian DAS. Menurutnya, di DIY terdapat banyak sungai yang perlu diawasi secara serius.

Di wilayah utara DIY, persoalan DAS berkaitan dengan aktivitas penambangan pasir yang menjadi tanggung jawab bersama untuk memulihkan kondisi sesuai visi istimewa Ngarsa Dalem (Sri Sultan HB X).

Baca Juga: Bajaj Maxride Audiensi dengan Dinas Perhubungan Kota Solo

"Pekerjaan menyelamatkan lingkungan kerap diabaikan karena dianggap tidak terlihat jasanya. Minim orang tertarik. Karena itu mindset harus diubah. Jangan sampai kita menjadi pahlawan justru setelah bencana terjadi. Fokus kita bukan pada validasi, melainkan pada apa yang bisa dilakukan untuk melestarikan DAS demi anak cucu di masa depan," ujarnya.

Mas Marrel menambahkan bahwa konsep kolaborasi hexahelix diharapkan mampu meminimalkan risiko bencana di DIY.

"Menjaga alam adalah tanggung jawab seluruh umat manusia. Di Yogya banyak potensi yang dapat dirangkul. Di kalurahan hingga padukuhan, banyak komunitas lokal yang peduli lingkungan. Tinggal kita rangkul, termasuk melibatkan anak muda melalui berbagai kegiatan yang didukung pemerintah dan sektor swasta untuk memperkuat program green movement di Yogya," imbuhnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kusno Wibowo, dan Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Serayu Opak Progo, Rochimah Nugrahini, dalam sambutannya sepakat memperkuat kolaborasi multipihak hexahelix dalam pengelolaan DAS berkelanjutan di Yogyakarta.

Dalam paparannya, Slamet Suprayogi menjelaskan bahwa fungsi utama DAS meliputi satu kesatuan bentang lahan, satu kesatuan ekosistem, dan satu kesatuan hidrologis yang saling terhubung.

Ia juga mengingatkan pentingnya tanaman dan pepohonan tinggi sebagai penahan hujan agar tidak langsung jatuh ke tanah, serta pentingnya lahan pekarangan sebagai daerah konservasi dan sumber penghidupan.

Ketua FKPDAS DIY, Masrur Alatas, menuturkan bahwa melalui webinar nasional ini pihaknya ingin mematangkan kolaborasi, sinergi, dan integrasi dalam pengelolaan DAS. Hexahelix yang dimaksud terdiri atas unsur akademisi, bisnis/swasta, pemerintah, komunitas, serta dukungan finansial, informasi, media, dan teknologi.

Halaman:

Tags

Terkini