Kerja Sama

Photo Author
- Kamis, 14 Mei 2020 | 08:24 WIB

Dr Aprinus Salam

Penulis adalah Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM

YANG kita butuhkan adalah kerja sama. Itu berbeda dengan gotong-royong, apalagi kerja bakti. Kita membedakan hal tersebut dalam kasus. Kalau suatu kampung ingin membuat polisi tidur bersama-sama, maka yang terjadi adalah gotong royong, dalam pengertian kerja bersama-sama. Ada pekerjaan yang dikerjakan bersama-sama untuk fokus menghasilkan sesuatu yang disebut polisi tidur.

Namun, untuk mengatasi masalah kemiskinan, kriminalitas, dan pandemik misalnya, yang dibutuhkan adalah kerja sama. Mungkin di satu sisi masih diperlukan gotong royong membangun portal di pintu masuk gang kampung. Akan tetapi, semangat melakukan suatu tindakan dalam berbagai profesi, fungsi, dan teknis, hal itu disebut sebagai kerja sama.

Dulu, di banyak daerah di Indonesia, karena sistem ekonomi (upah) belum berjalan secara rasional dan teknokratis, banyak hal dikerjakan secara gotong royong. Dengan bayaran sangat kecil dan kekuasaan yang kuat, masyarakat dikondisikan untuk membantu membangun candi, masjid,rumah, kapal, atau jembatan, dan sebagainya.

Pekerjaan itu dilakukan secara bergotong-royong. Gotong royong lebih dalam semangat kerja fisik, dikerjakan bersama-sama, dengan basis komunalitas, untuk menghasilkan sesuatu. Jejak semangat gotong royong itu masih dihidupkan hingga sekarang, terutama di kampung-kampung.

Jebakannya adalah, jika tidak ikut bergotong-royong secara fisik, dianggap tidak mau sesrawungan. Gotong-royong menjadi mekanisme eksklusi dan inklusi. Gotong royong dianggap sebagai parameter peranan sosial.

Kini, kehidupan berkembang kompleks dengan pembagian kerja yang lebih spesifik. Penduduk yang terus bertambah semakin membutuhkan kerja sama. Membangun jembatan, gedung besar, dan infrastruktur lainnya tidak bisa dikerjakan sekadar bergotong royong. Harus diatur agar terjadi satu kerja yang sinergis, dengan menejemen yang sistematis agar pekerjaan dapat selesai sesuai dengan target dan diharapkan.

Dalam pekerjaan yang kompleks tersebut tidak bisa disebut sebagai gotong royong dalam pengertian awalnya. Persoalan besar yang kita hadapi sekarang bukan lagi soal pembangunan dalam pengertian fisik, tetapi pembangunan sosial, pembangunan kesehatan, politik, ketahanan pangan, energi, mental, dan budaya.

Pembangunan yang telah kita sebutkan tersebut sudah pasti tidak bisa dijawab dengan bergotong royong. Apanya yang digotongroyongi. Yang juga tidak bisa diatasi dengan gotong-royong adalah mengatasi kemiskinan atau kriminalitas. Mungkin bergotong royong dalam pengertian teknis, misalnya iuran duit atau beras, kemudian dibagi-bagikan ke yang miskin.

Akan tetapi, cara itu jelas jauh dari cara mengatasi kemiskinan. Atau mengatasi kriminal dengan bergotongroyong membuat pos perondaan atau bersama-sama mengejar maling. Jauh dari cara-cara mengatasi kriminalitas. Untuk mengatasi masalah itu dibutuhkan kerja sama.

Kerja sama di sini adalah semua elemen sosial, politik, ekonomi, hukum, dan budaya bekerja dalam caranya masing-masing untuk menjawab persoalan bangsa. Dengan demikian, tidak ada yang dianggap tidak berpartisipasi dalam mengatasi persoalan tersebut.

Semuanya berfungsi sesuai dengan profesi, bakat, dan keahliannya masing-masing. Sayangnya, ideologi gotong-royong, sesuatu yang menginklusi dan mengekslusi dalam semangat sektoral, masih menjadi sandaran dalam mengerjakan sesuatu. Itulah sebabnya, pekerja immaterrial dianggap tidak berpartisipasi dalam mengatasi kemiskinan. Yang berperan penting dalam kesehatan adalah para perawat dan dokter.

Masalah kriminalitas adalah urusan polisi. Urusan politik adalah urusan politisi. Masalah agama adalah urusan tukang dakwah. Sudah waktunya mengubah dasar ideologi gotong royong dengan ideologi kerja sama. Dalam kerja sama, tidak ada orang atau masyarakat yang tidak berperan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa.

Semua ambil perannya masing-masing, sesuai dengan bidang pekerjaannya. Masyarakat di kampung-kampung, juga perlu mengubah ideologinya untuk tidak sekedar gotong-royong membuat polisi tidur. Tetapi lebih dari itu adalah bekerja-sama membuat kehidupan yang lebih produktif.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

Mudik Virtual

Jumat, 22 Mei 2020 | 11:56 WIB

Pasar Rakyat

Senin, 18 Mei 2020 | 01:52 WIB

Digitalisasi Buku

Sabtu, 16 Mei 2020 | 05:12 WIB

Akhir Pandemi

Jumat, 15 Mei 2020 | 04:44 WIB

Kerja Sama

Kamis, 14 Mei 2020 | 08:24 WIB

BST dan Pandemi

Rabu, 13 Mei 2020 | 02:30 WIB

Era New Normal

Selasa, 12 Mei 2020 | 09:56 WIB

Daya Tahan PTS

Senin, 11 Mei 2020 | 08:20 WIB

Pandeminomics

Sabtu, 9 Mei 2020 | 09:41 WIB

Ruang Sosial

Jumat, 8 Mei 2020 | 07:28 WIB

Didi Adalah Kita

Rabu, 6 Mei 2020 | 06:00 WIB

Kembalinya Pendidikan Keluarga

Selasa, 5 Mei 2020 | 07:24 WIB

Disrupsi Pangan

Senin, 4 Mei 2020 | 05:24 WIB

Belajar dari Covid-19

Sabtu, 2 Mei 2020 | 09:25 WIB

Menyelamatkan UMKM

Kamis, 30 April 2020 | 02:12 WIB

'Virus Sosial'

Rabu, 29 April 2020 | 08:00 WIB

Kampung Istimewa

Selasa, 28 April 2020 | 01:27 WIB

Sanksi PSBB

Senin, 27 April 2020 | 06:45 WIB

'Password Stuffing'

Sabtu, 25 April 2020 | 11:07 WIB

THR Bagi PNS

Jumat, 24 April 2020 | 05:47 WIB
X