Jejak Digital

Photo Author
- Sabtu, 19 Mei 2018 | 01:58 WIB

SEBUAH email yang masuk siang itu membuat saya dan beberapa kawan dosen di jurusan, tersenyum kecut dan sekaligus merasa kasihan. Seorang lulusan meminta penggatian berkas digital skripsi yang diunggah di repositori. Apa pasal?

Calon pasangannya mempunyai sebuah permintaan kepadanya untuk menghapus nama seseorang yang termaktub dalam daftar ucapan terima kasih skripsinya. Tentu, permintaan tersebut tidak kami kabulkan. Skripsi adalah dokumen akademik resmi.

Moral apa yang kita bisa petik? Kawan saya mengatakan, "jejak digital itu sangat kejam." Saya sepakat. Terlalu banyak kisah di media daring, khususnya media sosial, yang memperkuat pendapat ini . Ketika seseorang 'berulah' dan memancing kemarahan banyak orang, tidak jarang dia 'ditelanjangi' dengan bukti dari jejak digital lampaunya. Bahkan, Pemerintah Amerika Serikat,  menggunakan jejak digital di media sosial lima tahun terakhir sebagai salah satu dasar penerbitan visa pengunjung.

Sampai hari ini, masih banyak pengguna media sosial yang tidak sadar bahwa, layar gawai merupakan pintu gerbang ruang publik. Saat ini, pembatas ruang privat dan publik menjadi sangat tipis. Konten yang ke luar dari gawai ke media sosial laksana binatang binal keluar dari kandang. Kendali tidak lagi menjadi milik kita.

Kita bisa memproduksi konten di manapun, bahkan di kamar kecil yang pengap sekalipun, selama gawai terkoneksi Internet. Konten dapat dengan mudah menjadi viral di media daring tanpa seorang pun dapat mengendalikannya. Konten dan peredarannya akan membuat jejak digital. Sialnya, umur jejak ini berbeda dengan jejak kaki di tepi pantai yang mudah tersapu ombak. Jejak digital tetap ada selama repositori daring masih menyimpannya. Kita dapat menghapus jejak digital awal di halaman sosial media kita. Namun, siapa yang dapat menjamin bahwa konten tersebut tidak tersalin di tempat lain.

Apa yang bisa kita lakukan? Yakinkan bahwa konten yang kita unggah ke media daring atau kita sebar mempunyai manfaat. Manfaat bisa mewujud dalam banyak bentuk, mulai dari membagi kebahagian karena mendapat nikmat, menjalin persahabatan, menebar inspirasi, memompa semangat, sampai dengan menasihati diri sendiri dan orang lain. Pastikan ada unsur kebaikan di sana. Sebaliknya, hindari konten yang memantik fitnah, menebar kebencian, mengusik kedamaian, membuat polarisasi sosial, membunuh empati, dan melukai hati. Pesan Nabi Muhammad beberapa abad lalu masih valid sampai detik ini : "Katakanlah yang baik atau diam."

Jejak digital dari konten ini akan menjadi wajah kita, membentuk konsepsi orang atas kita. Bisa jadi, saat ini, kita sudah berubah dan hijrah. Walapun konten negatif yang kita produksi bertahun-tahun lalu masih tersimpan di repositori daring dan masih dijadikan rujukan orang, bahkan anak-cucu, dalam melihat kita. Baca lagi ilustrasi pembuka tulisan ini. Konten produksi kita dapat menjadi sumber stigma.

Saat ini, adagium ‘mulutmu harimaumu’ perlu dilengkapi dengan ‘jarimu harimaumu’. Karenanya, tinggalkan jejak digital yang baik. Hati-hati dengan jari-jari kita!Jika tidak, penyesalan pasti muncul di kemudian hari.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Mudik Virtual

Jumat, 22 Mei 2020 | 11:56 WIB

Pasar Rakyat

Senin, 18 Mei 2020 | 01:52 WIB

Digitalisasi Buku

Sabtu, 16 Mei 2020 | 05:12 WIB

Akhir Pandemi

Jumat, 15 Mei 2020 | 04:44 WIB

Kerja Sama

Kamis, 14 Mei 2020 | 08:24 WIB

BST dan Pandemi

Rabu, 13 Mei 2020 | 02:30 WIB

Era New Normal

Selasa, 12 Mei 2020 | 09:56 WIB

Daya Tahan PTS

Senin, 11 Mei 2020 | 08:20 WIB

Pandeminomics

Sabtu, 9 Mei 2020 | 09:41 WIB

Ruang Sosial

Jumat, 8 Mei 2020 | 07:28 WIB

Didi Adalah Kita

Rabu, 6 Mei 2020 | 06:00 WIB

Kembalinya Pendidikan Keluarga

Selasa, 5 Mei 2020 | 07:24 WIB

Disrupsi Pangan

Senin, 4 Mei 2020 | 05:24 WIB

Belajar dari Covid-19

Sabtu, 2 Mei 2020 | 09:25 WIB

Menyelamatkan UMKM

Kamis, 30 April 2020 | 02:12 WIB

'Virus Sosial'

Rabu, 29 April 2020 | 08:00 WIB

Kampung Istimewa

Selasa, 28 April 2020 | 01:27 WIB

Sanksi PSBB

Senin, 27 April 2020 | 06:45 WIB

'Password Stuffing'

Sabtu, 25 April 2020 | 11:07 WIB

THR Bagi PNS

Jumat, 24 April 2020 | 05:47 WIB
X