Krjogja.com - BANTUL - Relawan perempuan Rampak Sarinah Kabupaten Bantul dinilai punya kontribusi sangat besar terhadap perkembangan Partai Demokrasi Indonesia (PDI Perjuangan) di Kabupaten Bantul.
Bahkan dalam pemilu 2024 mendatang relawan Rampak Sarinah diharapkan menjadi salah satu motor politik paling efektif. Karena pergerakan dilapangan dengan mengedepankan kearifan lokal, keramahan pandai berkomunikasi hal itu lebih efektif dibanding Caleg berkantong tebal.
"Pada dasarnya yang namanya kader perempuan itu, tidak hanya di Bantul, di mana-mana jauh melebihi yang laki-laki. Didalam menggerakkan masyarakat untuk mempersuasi masyarakat agar tercapai dengan tujuan bersamanya," ujar Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY, Totok Hedi Santosa.
Ia melanjutkan, pihaknya sudah mendapat laporan dari Ketua Tim Relawan Rampak Sarinah Kabupaten Bantul Dwi Pudyaningsih Joko Purnomo, bahwa sudah sampai kecamatan, kalurahan dan dusun.
Totok ditemui saat hadir dalam acara konsolidasi kader perempuan untuk mensukseskan Pileg dan Pilpres 2024 dengan tema 'Bergerak Wujudkan Bantul Merah Total dan Berpancasila' di Gedung Gapensi Bantul, Minggu (4/6/2023).
Acara tersebut juga dihadiri, Ketua DPC PDI P Kabupaten Bantul, Joko B Purnomo, SE, Sekretaris DPC PDI P Bantul Hanung Raharjo ST, Bendahara DPC PDI P Kab. Bantul, Dwi Kristiantoro, ST, Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPC PDI P Kab Bantul.
Serta R.S Kusbowo Prasetyo, Wakil Ketua Bidang Internal DPC PDI P Kab. Bantul, D Radjut Sukasworo, Kepala BSPN DPC PDI P Kab. Bantul, Adip Setiyono ST, Ketua Rampak Sarinah DPC PDI P Bantul, dan Dwi Pudyaningsih, S.Sn.
Totok Hedi Santosa mengungkapkan, misalnya di Gunung kidul kader perempuanya juga sangat banyak. "Tetapi nanti kita akan lihat apakah sistem pergerakan mereka sudah seperti apa yang direncanakan di Bantul atau belum, karena masalah tertentu, situasi tertentu dengan pola yang berbeda," imbuhnya.
Tetapi pada pemilu kali ini dia meminta DPC PDI Perjuangan untuk mengkonsolidasikan baik perempuan maupun laki laki dan anak-anak muda. Karena anak-anak muda di DIY itu mencapai 56,5 % masuk kategori milenial.
Totok juga menyoroti terkait dengan modal calon anggota legislatif. Memang modal uang bisa menjadi sarana. "Misalnya saya miliki kader kaya raya, tetapi tidak ramah, tidak pinter, tidak cukup berkomunikatif, ya duitnya hilang begitu saja," jelasnya. (Roy)