Adakah yang Tersisa dari Keraton Pleret Peninggalan Era Mataram Islam yang Hilang?

Photo Author
- Rabu, 15 Maret 2023 | 15:27 WIB
Peninggalan situs Keraton Pleret  (dok. balai arkeologi DIY)
Peninggalan situs Keraton Pleret (dok. balai arkeologi DIY)

Krjogja.com - BANTUL - Adakah yang tersisa dari Keraton Pleret? Jika Anda melancong ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), cobalah telusuri keberadaan Keraton Pleret di Jogja selatan sana. Keraton Pleret merupakan salah satu bekas pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam di tahun 1646-1680. Namun keraton itu telah hancur dan kini hilang tak berbekas.


Kini bekas keraton itu telah berganti oleh rumah-rumah penduduk. Namun ekskavasi di bekas keraton masih terus dilakukan. Berbagai temuan bermunculan. Di selatan wilayah ekskavasi, ditemukan benteng dan saluran air kuno.


“Temuan baru arkeologis era Raja Amangkurat I ini berada di lokasi yang nantinya akan dikembangkan sebagai pengembangan Museum Pleret, maka desain museum harus menyesuaikan dengan temuan terbaru ini,” kata Tenaga Ahli Ekskavasi Dinas Kebudayaan DIY Danang Indra Prayudha dikutip dari Merdeka.com, Selasa (14/3/2023).


[crosslink_1]


Sejarah Keraton Pleret
Dilansir dari Wikipedia, Keraton Pleret merupakan bekas keraton dan ibu kota Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1646-1680 setelah Keraton Kerta. Akibat pemberontakan Trunajaya, status Keraton Pleret sebagai ibu kota Maratam Islam berakhir tahun 1677, namun baru ditinggalkan tahun 1680.


Nama “Pleret” sendiri berasal dari kosa kata Bahasa Jawa “paleredan”, diambil dari kata “lered” yang berarti aliran. Karena keraton itu telah hancur, tata letaknya hanya bisa diperkirakan dari catatan masa lalu.


Tak jauh dari situs keraton itu terdapat situs Masjid Kauman Pleret yang ekskavasinya berhasil menyusun bentuk kerangka bangunan secara utuh.


Tata Letak Keraton Pleret
Menurut catatan Rijklof Van Goens, tembok Keraton Pleret mengelilingi wilayah keraton sepanjang 3.040 meter. Tinggi temboknya 5-6 meter, sedangkan ketebalannya kurang dari 3 meter.


Sementara bangunan keratonnya didominasi oleh batu bata. Luas areanya mencapai 3 hektare. Di sekitarnya ada dua buah masjid, dan ada pula alun-alun dengan pohon beringin di tengahnya. Pada tahun 1989, keberadaan pohon beringin itu masih bisa ditemukan. Sementara bangunan-bangunan lain masih harus diidentifikasi.


“Jika digambarkan, bentengnya berbentuk jajar genjang memanjang lurus dari utara ke selatan. Lebar benteng 2,7 meter dan belum diketahui panjang dan tingginya. Kondisi benteng sendiri tidak utuh,” kata Danang.


Pengembangan Museum Pleret
Untuk langkah lebih lanjut, lokasi ditemukannya temuan-temuan baru terkait Keraton Pleret akan dibangun gedung yang merupakan pengembangan dari Museum Pleret. Namun pembangunan gedung itu masih harus butuh perencanaan yang lebih rinci. Nantinya gedung itu dimanfaatkan untuk menyimpan temuan-temuan baru yang terus bermunculan di situs keraton tersebut.


“Tindak lanjut sudah kami lakukan dengan survei lapangan pada tahun 2022. Dalam survei, kami menemukan tumpukan bata di permukaan di dua titik. Dari temuan ini kami kerjakan ekskavasi Kedaton IV tahap pertama pada 4 hingga 29 Maret 2022 untuk penelitian dan penyelamatan objek di bawahnya,” ungkap Danang. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gelar Budaya 2025 di SMA N 1 Pundong

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:30 WIB

Decimal Fest 2025, Jembatan Bank BPD DIY Raih Gen Z

Minggu, 14 Desember 2025 | 06:42 WIB

3.393 PPPK Paruh Waktu di Bantul Dilantik

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:00 WIB
X