Krjogja.com - BANTUL - Negara yang kuat, berasal dari rakyat atau masyarakat yang sehat. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dengan kesehatan terjaga menjadi salah satu kunci pembangunan. Karena itulah Komisi D DPRD DIY dan Pemda DIY melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY terus melakukan sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
"Parameter sehat bisa dilihat dari kualitas hidup dan produktivitas, bila banyak yang tidak sehat dengan kualitas hidup buruk maka perekonomian menurun. Tidak heran anggaran kesehatan tinggi untuk menjamin kesehatan masyarakat seperti misal secara nasional anggaran penanggulangan stunting mencapai Rp 35 T dan Rp 27 T untuk menangani dampak penyakit karena rokok. Membangun sistem kesehatan yang kuat," tutur Wakil Ketua Komisi D DPRD DIY Umaruddin Masdar SAg, dalam Sosialisasi Germas, Selasa (14/3/2023) di Pendopo Atiek, Piring 2, Murtigading. Sanden Bantul.
Sosialisasi harus gencar dilakukan, agar masyarakat benar-benar mengerti dan menerapkan pola hidup sehat. "Contohnya setelah gempa 2006 orang membangun dengan rangka besi yang besar, namun berjalannya waktu kembali menggunakan besi kecil untuk irit yang jelas membahayakan. Demikian pula saat Covid prokes ditegakkan, namun saat ini mulai kendor sehingga harus gencar disosialisasikan lagi," ungkapnya.
[crosslink_1]
Dalam sosialisasi yang juga dihadiri Lurah Piring, Bambang Triyanto dan seratusan warga dari tokoh masyarakat, serta ibu-ibu kader PKK, Umaruddin menegaskan DPRD sebagai wakil rakyat selalu terbuka untuk pengaduan masyarakat mengenai permasalahan kesehatan. "Sesuai kapasitas, kita akan membantu untuk rakyat," tegasnya.
Sementara Penata Penyehatan Lingkungan Permukiman Dinkes DIY Yustinus Tri Wibowo SKM menyebutkan sesuai slogan Lakukan Germas untuk Jogja Sehat Istimewa, masyarakat dihimbau untuk menerapkan pola hidup sehat dengan melakukan aktifitas fisik 30 menit setiap hari, makan sayur mayur buah setiap hari, tidak mengkonsumsi rokok dan alkohol, cek kesehatan rutin, serta disiplin prokes.
"Apalagi saat ini setelah 2010 dengan banyaknya makanan instan dan gaya hidup yang tidak sehat terjadi transisi epidemiologi. Penyakit tidak menular (PTM) seperti jantung, hipertensi (stroke) diabetes melitus (gula) semakin meningkat. Sebelum 2010 masih dominan penyakit menular (PM) seperti ISPA, DBD, Diare," jelas Yustinus.
PTM meningkat di tahun 2015 mencapai 57 persen dibanding PM, lanjut Yustinus, maka biaya pengobatan juga meningkat. "Bayangkan dulu kalau terkena penyakit menular seperti diare biaya pengobatan berkisar Rp 100.000, kini kena penyakit tidak menular seperti gula/hipertensi yang menyebabkan gagal ginjal maka sekali cuci darah biaya mencapai Rp 750.000 dan itu harus rutin seminggu bisa dua kali dan tidak bisa disembuhkan," ucapnya.
Dengan Germas sesuai Inpres RI No 1/2017, seluruh masyarakat Indonesia diminta menjalankan point-point Germas untuk menghindari PTM. "Yaitu peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup bersih sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan, serta peningkatan edukasi hidup sehat," tegasnya .
Disebutkan saat ini, khususnya anak-anak berkurang dalam konsumsi sayuran, buah, maka untuk pola makan yang sehat dengan porsi 1 piring terdiri dari 1/3 nasi 1/3 sayur 1/3 lauk pauk/buah. "Konsumsi gula dan garam harus diperhatikan, juga lingkar perut untuk wanita maksimal 80 cm, dan laki-laki 90 cm. Serta kebiasaan merokok atau minum alkohol dihilangkan," tegasnya. (Vin)
