Krjogja.com - BANTUL - Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan 2021, DIY termasuk 3 terendah untuk kasus stunting di Indonesis setelah Provinsi Bali dan DKI Jakarta, yaitu pada angka 17,3 persen. Pada tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 0,9 persen berada pada angka 16,4 persen. Tahun 2024, diharapkan angka penurunan stunting 14 persen.
Percepatan penurunan stunting perlu kerja sinergitas, integtrasi, akselerasi serta komitmen pemangku kebijakan dan mitra kerja. Demikian ditegaskan Wakil Gubernur DIY Paku Alam X dalam sambutan tertulis yang dibacakan dr Etty Kumolowati MKes (Staf Ahli Gubernur DIY) saat Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) DIY di Hotel Grand Rohan Jogja, Jalan Raya Janti, Banguntapan, Bantul, Selasa (28/02/2023) kemarin. Hadir dan memberi sambutan Ari Dwikora Tono Ak MEcDev mewakili Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo SPOG(K).
Dalam kesempatan itu dilakukan penandatangan Naskah Perjanjian Kerja sama, pemberian penghargaan kepada mitra kerja. Rakerda Bangga Kencana 2023 bertema 'Peningkatan Sinergitas dan Kolaborasi Pencapaian Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting' dibuka dr Etty Kumolowati MKes. Hadir dan memberi pengantar Shodiqin SH MM selaku Kepala Perwakilan BKKBN - DIY.
[crosslink_1]
Menurut Wagub DIY, memperhatikan kondisi capaian tahun 2022 serta tantangan ke depan dalam percepatan penurunan stunting. "Kami berharap dengan Rakerda ini mampu meningkatkan koordinasi, sinergi serta sinkronisasi atarseluruh pihak. Menjadi titik tolak menuju kerja yang lebih kolaboratif dan inklusif," ujarnya.
Sedangkan Shodiqin SH MM dalam kesempatan tersebut menyampaikan laporan sekaligus Refleksi Program Banggakencana dan Percepatan Penurunan Stunting 2022 dan Kebijakan Strategi serta Prioritas Program Tahun 2023. Khususnya DIY ada kabar dinamis, berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, tahun 2022, ada yang mengalami penurunan dan kenaikan. Kabupaten Bantul 19,10 persen (2021), 14,9 persen, berarti mengalami turun 4,2 persen. Gunungkidul 20,60 persen (2021), 23,5 persen (2022) naik 2,9 persen. Kulonprogo, 14,90 persen (2021), 15,8 persen (2022) naik 0,9 persen. Sleman, 16.00 persen (2021), 15 persen, turun 1 persen. Kota Yogyakarta, 17,10 persen (2021), 13,8 persen (2022), turun 3,3 persen.
Dijelaskan Shodiqin, Rakerda Bangga Kencana bertujuan meningkatkan komitmen dan dukungan operasional stakeholder serta mitra kerja dalam pengelolaan program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting di DIY. Selain itu, implementasi dan pemanfaatan hasil pemutakhiran data. Dalam kesempatan tersebut disajikan materi dan diskusi disampaikan antara lain dr Raden Yuli Kristiyanto SPA MSc, Dr Lily Arsanti Lestari STP MP.
Materi yang disampaikan soal pencapaian penurunan stunting, penghapusan kemiskinan ekstrem di DIY, cegah stunting melalui perbaikan pola asuh, pola makan, sanitasi. Dibahas pula penguatan pentahelix untuk Jogja Istimewa dan sinergi perguruan tinggi dalam percepatan penurunan stunting, intervensi spesifik dan peningkatan gizi bagi keluarga dengan faktor risiko stunting. (Jay).