Speech Delay Sebagai Antisipasi Gangguan Perkembangan Anak

- Minggu, 21 November 2021 | 01:10 WIB

BANTUL, KRJOGJA.com - Dalam rangka kegiatan KKN Tematik yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Alma Ata Yogyakarta di Desa Gupakwarak, Bantul. Prodi S1 Kebidanan ikut berpartisipasi dalam melakukan promosi kesehatan ibu dan anak.

Dengan tema “Sosialisasi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak”, prodi S1 Kebidanan berkontribusi dalam kesempatan tersebut dengan memberikan edukasi tentang 'Speech Delay' sebagai antisipasi gangguan perkembangan anak dan melakukan penilaian tumbuh kembang anak. Edukasi ini tentunya merupakan langkah awal dalam mengenalkan salah satu gangguan perkembangan anak yang sering terjadi.

"Speech delay didefinsikan dimana keadaan seorang anak berusia 24-30 bulan dengan perkembangan kosakata <50 kata serta tidak adanya pengkombinasian kata/ucapan dan merupakan salah satu permasalahan pada perkembangan anak yang membutuhkan perhatian khusus, dikatakan demikian karena masih banyaknya orangtua yang merasa keadaan tersebut adalah sesuatu yang normal, ujar Lia Dian Ayuningrum, S.ST., M.Tr.Keb, didampingi dosen lainnya yaitu Prasetya Lestari, S.ST., M.Kes, Indah Wijayanti, S.S.T., M.Keb., Bdn., dan Farida Aryani, S.ST., M.Keb serta mahasiswa semester III dan V.

Beberapa penelitian tumbuh kembang mengatakan bahwa kurangnya pemahaman dan telatnya mengetahui gangguan tersebut sebagai masalah berdampak terhadap perkembangan anak ditahap selanjutnya. Dijelaskan bahwa para orangtua lebih baik dalam mendeteksi adanya gangguan bicara atau tidak dimulai saat anak berusia 12-13 bulan.

Dalam edukasinya dijelaskan juga bahwa speech delay dibedakan menjadi dua klaster yaitu non-fungsional yang mengarah kepada adanya gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) dan fungsional akibat dari kekurangan stimulasi dengan tanda-tanda yang biasa terjadi pada anak diantara lain; anak belum mengoceh pada usia 15 bulan; tidak berbicara pada usia 24 bulan; kesulitan mengikuti petunjuk; artikulasi atau pengucapan yang buruk.

"Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah memberikan stimulasi dengan sering mengajak anak berbicara (mengobrol), membacakan dongeng/cerita dan membatasi screen time baik gadget maupun televisi pada anak. Kegiatan ini disambut dengan sangat antusias oleh para ibu yang datang dan para kader," jelas Prasetya Lestari, S.ST., M.Kes.

Jimrodah selaku kader di Desa Gupakwarak merasa senang dan mengapresiasi edukasi yang diberikan. Dirinya berharap kegiatan ini terus dapat dilanjutkan untuk terwujudnya kesehatan masyarakat.

"Tentunya kami senang mendapatkan informasi tentang perkembangan anak dan jadi lebih mengenal tentang keadaan speech delay. Harapan kami dapat membantu untuk mendeteksi dini jika memang ada ibu dengan anak yang diperkirakan mengalami speech delay di desa kami,” tegas Indah Wijayanti, S.S.T., M.Keb., Bdn., dan Farida Aryani, S.ST., M.Keb .(*)

Editor: danar

Tags

Terkini

Warga Tirtohargo Bedah Suangan Muara Opak Buntu

Rabu, 4 Oktober 2023 | 13:59 WIB

Pencuri Milik Perhutani Ditangkap Warga

Rabu, 4 Oktober 2023 | 10:30 WIB

Petani Tewas Dikeroyok Tetangga Dusun

Rabu, 4 Oktober 2023 | 10:00 WIB

YSIM Kunjungi SMA N 1 Bambanglipuro 

Selasa, 3 Oktober 2023 | 19:50 WIB

PKM UAD Gelar Pelatihan Psikoedukasi

Selasa, 3 Oktober 2023 | 18:50 WIB

Bersiap Tawuran, 6 Remaja Diamankan Warga

Selasa, 3 Oktober 2023 | 15:45 WIB

Musim Kemarau Bantul Rawan Kebakaran

Senin, 2 Oktober 2023 | 16:15 WIB

Muchlas Dikukuhkan Guru Besar

Sabtu, 30 September 2023 | 17:00 WIB

UAD Kembangkan Braille Trilingual Language

Sabtu, 30 September 2023 | 15:20 WIB

BPBD Bantul Terima Bantuan Dua Unit Mobil Operasional

Sabtu, 30 September 2023 | 14:40 WIB

Polda DIY Siap Memberikan Rasa Aman Masyarakat

Jumat, 29 September 2023 | 23:50 WIB
X