BANTUL, KRJOGJA.com - Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Bantul Nugroho Eko Setyanto SSos MM mengapresiasi Buku Kumpulan Geguritan Gurit 53 karya Drs Sutanto (Guru MTsN 3 .Bantul).
"Saya sangat mengapresiasi karya sastrawan jawa sekaligus Guru MTsN 3 Bantul, Pak Sutanto. Dalam masa pendemi tetap bisa berkarya dengan semangat yang luarbiasa telah menghasilkan karya berbahasa Jawa. Gurit 53 itu nanti akan dapat menjadi referensi atau bacaan bagi kita bersama untuk tetap nguri-uri Kabudayan Jawi dan Sastra Jawa di Bumi Projo Tamansari," ujar Nugroho Eko Setyanto.
Nugroho Eko mengatakan hal itu, saat menerima buku Sutanto di ruang kerjanya, Kamis (16/9/2021). Ia mengharapkan agar karya tersebut dapat memberi semangat bagi generasi penerus untuk berkarya juga di dalam kesenian maupun Sastra jawa. Sehingga nanti pemajuan di Kabupaten Bantul ini akan menjadi semakin baik, budayanya semakin ngrembaka.
Selain Gurit 53 karyanya, Sutanto juga menyerahkan Buku Antologi Macapat Pageblug terbitan Balai Bahasa Yogyakarta (BBY), karena dirinya termasuk menjadi bagian dari buku yang memuat karya peserta lomba menulis macapat guru SMP/MTs DIY akhir 2020.
Sutanto menambahkan, kumpulan geguritan tersebut merupakan bukunya yang ke-8 semenjak bergabung dengan Komunitas Yuk Menulis (KYM) pimpinan Vitriya Mardiyati. Dirinya menjadi kecanduan untuk terus berkarya menyalurkan hobinya menulis. Gurit 53 adalah kumpulan 123 geguritan (puisi berbahasa Jawa) sebagai upaya turut melestarikan budaya Jawa khususnya sastra tulis. Judul Gurit Lima Telu dipilih untuk pengingat usianya yang telah memasuki usia 53 tahun di tahun 2021 ini.
Tujuh buku yang telah ditulis mulai dari: buku pertama Anggrek Vanda untuk Bunda (kumpulan 10 cerita anak), buku kedua Nada-nada Cinta (kumpulan 52 puisi), buku ketiga Pahlawan Ketapel (kumpulan 15 cerita anak), buku keempat Rangkaian Kata Sarat Makna berupa kumpulan 333 pantun, buku kelima Burung Berhati Emas berupa buku kumpulan fabel, buku keenam Untaian Kata Penuh Makna (kumpulan 222 pantun), buku ketujuh Pak RT Menjadi OTG (True Story), memacunya untuk terus berkarya.
Di buku yang kedelapan ini, dia membuat berkreasi dengan membuat pola yang seragam, bait pertama terdiri 5 baris dan bait kedua 3 baris. Untuk bahasa yang digunakan, penulis memilih jawa ngoko maupun krama dengan harapan bisa diterima kalangan muda maupun tua. Sutanto berupaya menangkap fenomena yang terjadi di masyarakat tentang berbagai hal tidak dibatasi tema tertentu, sehingga isi geguritan cukup bervariasi.
Dalam buku ini ada misi untuk mengingatkan berbagai hal terkini kepada pembaca, termasuk tentang adanya bahaya penyakit masyarakat (Memala, Ngabotohan), menjaga prokes terkait Covid-19 (Banjir Luh, Durung Rampung, Mobal,Gawe Gendra), tema pengingat kematian, menjaga lisan dan lain-lain. Sutanto berupaya menyampaikan nasehat dengan tidak terkesan menggurui, agar buku ini dapat menambah referensi sastra jawa yang jumlahnya tidak sebanyak karya berbahasa Indonesia. (Rar)