Sempat Ditolak Karena Beda Keyakinan, Slamet Jumiarto Kembali Berkarya

Photo Author
- Selasa, 25 Agustus 2020 | 10:06 WIB
Slamet saat berkarya membuat lukisan  (FX Harminanto)
Slamet saat berkarya membuat lukisan (FX Harminanto)

BANTUL, KRJOGJA.com - Slamet Jumiarto, pelukis yang beberapa waktu lalu sempat ditolak warga Dusun Karet Pleret Bantul karena berbeda keyakinan kembali berkarya lagi. Kali ini Slamet membuat lukisan berjudul Parabrahman yang akan ditampilkan dalam Pameran Seni Rupa Sewindu UUK DIY 31 Agustus hingga 30 September 2020.

Pasca pindah dari Dusun Karet pada Mei 2019 lalu, Slamet mulai menapaki kehidupan baru bersama keluarga di Karangtengah Imogiri Bantul. Ia membangun sebuah rumah kayu yang kini menjadi tempat tinggal tetap bersama anak dan istrinya.

“Sekarang saya sudah menetap di Karangtengah, saya bangun rumah kayu di sini. Semua aman, warga sekitar sudah mengetahui karena membaca dari media juga tentang apa yang saya alami sebelumnya,” urai Slamet ketika berbincang dengan KRjogja.com.

Keluarga seniman itu sekarang sedang bersemangat karena karyanya diikutkan dalam pameran yang terbilang spesial di DIY. Betapa tidak, lukisannya bakal bersanding dengan Nasirun, Djoko Pekik hingga Tino Sidin yang merupakan maestro di bidang seni rupa.

Slamet memilih lukisan Parabrahman yang menggambarkan keutuhan agama Hind, salah satu keyakinan masyarakat di Indonesia. Ia berusaha mengurai makna Brahman Tertinggi, atau Tuhan yang tidak dapat diuraikan dan terpikirkan.

“Dalam susastra Hindu, Ia disebut sebagai roh yang tidak memiliki bentuk (dalam pemahaman bahwa Ia tidak mengandung maya/ilusi) yang melingkupi, meliputi, dan meresapi seluruh alam semesta,baik dalam dunia nyata maupun alam Astral/Gaib. Kita sebagai anak bangsa wajib menjaga dan melestarikan candi-candi sebagai warisan kebudayaan Indonesia yang luar biasa,” ungkap Slamet ketika bercerita tentang lukisannya, Selasa (25/8/2020).

Secara khusus Slamet terpukau dengan kecanggihan nenek moyang bangsa Indonesia yang mampu membuat detail seni arsitektur candi sejak masa lampau. “Ini yang coba saya tuangkan, seni arsitektur itu tak lekang waktu dan jadi kebanggan kita,” imbuhnya.

Lukisan Parabrahman yang kemudian dilafalkan oleh orang Indonesia menjadi Prambanan tersebut dibuat slamet selama tiga jam di atas kanvas. Lukisan tersebut kini sudah dipersiapkam untuk nantinya ditampilkan di Grha Tama Pustaka DIY. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gelar Budaya 2025 di SMA N 1 Pundong

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:30 WIB

Decimal Fest 2025, Jembatan Bank BPD DIY Raih Gen Z

Minggu, 14 Desember 2025 | 06:42 WIB

3.393 PPPK Paruh Waktu di Bantul Dilantik

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:00 WIB
X