BANTUL, KRJOGJA.com - Kasus Covid-19 belum menunjukkan penurunan, bahkan semakin lama menunjukkan kenaikan kasus. Jika pemerintah gagal menahan warga untuk tidak berkerumun utamanya pada saat lebaran ini maka diprediksikan sepekan pasca lebaran yakni awal Juni.
"Ada hari kritis yang memicu lonjakan pasien yakni saat Idul Fitri masyarakat tetap melaksanakan Sholat Ied di Masjid dan Lapangan, saling berkunjung dan bersilaturahmi ke kerabat maka diprediksikan pada awal Juni kasus rentan mengalami lonjakan," jelas Pakar Epidemologi, Prof. dr. Hamam Hadi, M.S., Sc.D., Sp.G.K di Kampus Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Jumat (22/5).
Diakui Rektor UAA Yogyakarta ini, asumsi masa inkubasi penyebaran virus ini rata-rata kisaran lima hingga tujuh hari sehingga orang pasca bepergian tidak langsung terpapar tetapi menunggu masa inkubasi selama beberapa hari.
"Untuk itu kami minta masyarakat membantu pemerintah menurunkan angka kasus dengan tidak melakukan aktivitas kerumunan. Saya sangat prihatin dengan kondisi sekarang yang akibat longgarnya PSBB justru menyebabkan tingkat kerumunan makin tinggi di pusat perbelanjaan, pasar, bandara dan sebagainya," jelasnya.
Ia kemudian menerangkan ada tiga poin yang disayangkan di Indonesia kasus Covid-19 makin naik signifikan , longgarnya PSBB memicu kenaikan dan Pemerintah dianggap tidak dapat memanfaatkan ramadan menjadi momentum untuk meningkatkan efektifitas PSBB.
Diakui meski pemerintah tidak pernah melonggarkan PSBB namun penerapan PSBB yang longgar di Indonesia memicu lonjakan kasus pasien Covid-19.
"Trend di Indonesia tidak pernah turun tapi melambat pernah. Ironis trendnya di Indonesia selalu naik terus. Kasus timbul akibat tertular kasus lain berbanding lurus dengan kerumunan. Makin banyak kerumunan makin tinggi kasus. Kami menilai efektivitas PSBB di Indonesia nilainya 5," tegasnya. (Aje)