BANTUL, KRJOGJA.com - Saat wabah pandemi Covid-19 ini, seorang pendidik ditempatkan pada posisi unik, mereka dipaksa untuk melakukan evolusi mengajar dengan menjadikan daring sebagai bahan transformasinya. Sementara liburnya siswa secara massal dengan bejibun tugas yang diberikan rentan menimbulkan stress dan psikosomatis.
Dosen Jurusan Perbankan Ekonomi Syariah Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Ragil Satria Wicaksana kepada KR menuturkan di liburkannya peserta didik di berbagai strata baik SD,SMP,SMA maupun mahasiswa memiliki esensi dan orientasi yakni kebijakan self distancing agar kontaminasi virus tidak meluas dan diharapkan selama mereka dipulangkan bisa menjaga diri dengan meningkatkan imunitas.
"Teknis di lapangan, peserta didik dan tenaga pendidik baik guru maupun dosen diberikan banyak tugas yang menuntut mereka belajar dan mengajar dengan keadaan yang dituntut. Belum lagi psikis siswa didik dan mahasiswa yang diberikan tugas. Ini rentan menyebabkan stres hingga psikosomatis," tambahnya.
Dia menuturkan psikosomatis merupakan penyakit pikiran yang bisa menciptakan imunitas seseorang menurun dan berpotensi untuk menjadikan seseorang riskan untuk terkena banyak penyakit tidak terkecuali peluang terinfeksi virus corona dari lingkungan luar.
"Maka perlu model pembelajaran baru di mana peserta didik dan Tenaga Pendidik fokus pada Willingness to Learn artinya tempatkan mereka untuk belajar tanpa harus dituntut, beri ruang bagi mereka untuk belajar dan berkarya dengan menyikapi perubahan lingkungan di sekitarnya termasuk fakta adanya Corona, jangan usik masyarakat untuk melakukan Self Anticipating,Distancing dan Recovery selama harus mengisolasi diri dari hiruk pikuk rutinitas sebelum adanya wabah. Mungkin dari adanya hibernasi ini, dunia akan menemukan wajah yang lebih bersahabat, bertenaga, dan berkemanusiaan untuk kehidupan yg lebih baik,"pungkasnya. (Aje)
