Mengungkap Kegigihan Dalang Lewat Karya Foto

Photo Author
- Senin, 9 September 2019 | 09:41 WIB
Constantine Korsovitis menunjukkan karya yang dipamerkan di Kampus ISI Yogyakarta. Foto: Sukro Riyadi
Constantine Korsovitis menunjukkan karya yang dipamerkan di Kampus ISI Yogyakarta. Foto: Sukro Riyadi

BANTUL, KRJOGJA.com - Pameran fotografi bertajuk 'A Life in Shadows', oleh fotografer asal Australia, Constantine Korsovitis di Galeri R J Katamsi, Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Jalan Parangtritis Sewon Bantul ingin mengungkap bahwa kekuatan potret mampu memahami  kehidupan orang yang difoto. Kali ini Constantine fokus memotret kehidupan seorang dalang, tokoh wayang, asesoris dalang, pengrawit, sinden.  Namun dalam pameran tersebut didominasi figur  dalang sebagai obyek foto.                  

“Saya melihat bahwa seni wayang ini menyimpan banyak misteri, tetapi sarat nilai pelajaran hidup,” ujar Constantine ditemui akhir pekan lalu di Kampus ISI Yogyakarta.

Dalam pameran tunggal tersebut, memang sangat menonjolkan bagaimana perjuangan seorang dalang melestarikan kesenian wayang. Oleh karena itu agar potret yang dipamerkan bisa lebih bicara, sebanyak 80 karya foto ditampilkan.  Cukup masuk akal alasan Constantine ketika memilih objek wayang untuk berekspresi dalam berkarya.

“Meski saya tidak memahami bahasa dengan baik, atau mengetahui banyak tentang cerita karakter dan ceritanya. Kemudian dampak malam waktu itu tidak terlalu jelas. Semakin saya menyaksikan semakin saya terpaku, sehingga energi dari pangggung sangat memabukkan,” ujarnya.

Oleh karena itu, dia lantas keliling ke sejumlah negara di Asia Tenggara untuk mendokumentasikan pertunjukan wayang. Termasuk perjuangan para dalang dan pembuat wayang melestarikannya. Constantine mengatakan, setelah 6 tahun berkunjung ke sejumlah negara di Asia Tenggara. Diketahui masing-masing negara punya karakteristik budaya yang berbeda. “Ada persamaan tentang  ceritanya berlatar Hindu Ramayana dan Mahabharata sebagai sumber cerita,” ujarnya.

Dari observasi yang dilakukan, kebanyakan seni tradisi berasal dari Indonesia, Malaysia, Kamboja serta  Thailand. Sehingga foto-foto dalam pameran tersebut juga berasal dari negara itu. Sementara,pengambilan foto yang dilakukan sebenarnya ingin menunjukkan semangat para seniman dalam  menjaga seni tradisi dan nilai-nilai kemanusiaan. Constantine mengatakan setelah di Kampus ISI Yogyakarta, pameran serupa  akan digelar di Singapura, Sydney, Kuala Lumpur dan Jakarta. Sedang  pameran fotografi dokumenter 'A Life in Shadows'  berlangsung mulai Sabtu (7/9)  27 September 2019. (Roy)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gelar Budaya 2025 di SMA N 1 Pundong

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:30 WIB

Decimal Fest 2025, Jembatan Bank BPD DIY Raih Gen Z

Minggu, 14 Desember 2025 | 06:42 WIB

3.393 PPPK Paruh Waktu di Bantul Dilantik

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:00 WIB
X