BANTUL (KRjogja.com) - Petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta masih meneliti temuan dua bongkah batu di Dusun Demangan Gunungan Desa Pleret Kecamatan Pleret Bantul, Rabu (4/1/2016). Sejauh ini dua batu tersebut belum mengarah sebagai prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno di Pleret. Untuk memastikan benda itu sebagai prasasti peninggalan Kerajaan Mataram harus dilakukan kajian secara ilmiah.
Ketua Unit Kerja Penyelamatan dan Pengamanan BPCB Yogyakarta, Dendi Eka SH mengatakan, setelah mendapat info langsung melakukan pengecekan lapangan. Hasil dari identifikasi dilapangan itu nantinya dilaporkan ke kantor. Selanjutnya dilakukan analisa untuk menentukan benda temuan itu. "Kami belum bisa mengambil kesimpulan soal temuan batu ini sebelum ada kajian secara ilmiah, yang jelas fakta dilokasi kami kumpulkan semua," ujar Dendi. Dengan kata lain, sebelum ada hasil kajian, dua bongkah itu masih dianggap temuan batu biasa. Â
"Yang ditemukan ini sebuah struktur batu sehingga untuk mengetahui pastinya perlu digali secara keseluruhan," jelas Dendi. Bongkahan batu tersebut temukan Ngajiyono ketika sedang menggali tanah untuk mencetak bata merah. Setelah ditemukan itu langsung dilaporkan untuk dilakukan penelitian.
Temuan benda yang diyakini erat kaitannya dengan Kerajaan Mataram Kuno di Pleret ketika Tumiyem (55) dan suaminya Ngajiyono (61) menggali tanah sawah untuk membuat bata merah. Ditengah mengayunkan gagang cangkul langsung membentur sebuah batu berwarna hitam kelam. Setelah itu tanah di sekitar batu digali hingga bentuk batu terlihat. Batu berukuran 39x47 cm dengan tinggi 26 cm menempel pada tatanan batu bata kuno berukuran 25 cm. Setelah itu Ngajiyono menggali lagi tanah di samping batu itu tersebut dan mendapatkan batu balok berukuran panjang 80cm dengan tebal 23 cm.
Koordinator Museum Sejarah Purbakala Peret, Susanto menjelaskan, batu itu jenis andesit. Batu tersebut diyakini peninggalan purbakala lantaran bentuknya mirip bagian bagunan. Susanto menjelaskan penemuan benda-benda sejenis memang sering terjadi di wilayah Pleret. Batu andesit tersebut sama jenisnya dengan batu andesit candi di wilayah piyungan. Sehingga Susanto mengaku harus melakukan penelitian lebih lanjut terkait usia bangunan tersebut.(Roy)