SLEMAN (KRjogja.com) - Â Banyak negara di dunia yang mengalami masalah terkait terorisme, ekstrimisme dan radikalisme tidak hanya terjadi di Indonesia. Sejumlah langkah dilakukan guna menyelesaikan tiga masalah salah satunya melalui dialog lintas agama dan budaya.
Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) bekerjasama dengan Kementrian Agama (Kemenag) mengadakan dialog lintas agama dan budaya dengan menjadi tuan rumah kegitan MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia) dalam 'Interfaith and Intercultural Dialogue' (MID) dengan tema 'Strengthening Solidairy, Friendship and Cooperation through interfaith and Intercultural Dialogue' di Hotel Royal Ambarukmo, Selasa (18/10/2016).
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Dr AM Fachir mengatakan, kelima negara ini memiliki sejumlah kesamaan. Selain sama-sama sebagai negara demokrasi juga menjadi anggota G-20 dan mengalami masalah sama. Radikalisme, ekstrimisme dan terorisme.
"Berawal memiliki kesamaan masalah dan kepentingan. Diadakanlah dialog lintas agama dan budaya ini. Karena sekarang ini diberbagai kawasan dunia ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Apakah itu akibat dari konflik dn ternyata ada beberapa negara yang belum sepenuhnya memiliki kendali mengenai hal tersebut," katanya.
Melalui pertemuan ini akan saling berbagi tentang cara penanggulangan tiga persoalan tersebut. Termasuk Indonesia juga akan berbagi pengalaman apa yang selama ini sudah dilakukan jika ada masalah terkait tiga hal itu.
"Di Indonesia sendiri ada dua hal yang dilakukan dalam menyelesaikan kasus radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Hukum dan pendekatan agama serta budaya. Setidaknya kita bersyukur karena memiliki tiga hal. Moderanisasi, toleransi dan dialoh harus terus dimiliki dalam menangani yang sifatnya kekerasan," tegasnya. (Awh)
