krjogja.com - BANTUL - Pertanian menjadi salah satu sektor yang membutuhkan support inovasi agar tetap diminati generasi muda. Salah satunya dengan pemanfaatan teknologi agar sektor ini memberikan keuntungan berlipat lagi petani. Salah satunya dengan pemanfaatan energi listrik untuk pertanian atau electrifying agriculture yang mampu menghemat biaya produksi. Hal tersebut mengemuka dalam diskusi tersebar yang digelar Yayasan Dayasos Citra Korporat dan Komunitas Terimakasih Indonesia Minggu (20/8/2023) di Dusun Sompok Kalurahan Sriharjo Imogiri Bantul. Dalam tersebut melibatkan sejumlah petani muda dengan dukungan PT PLN (Persero).
Koordinator Program Community for Sustainability, Lisa Lindawati mengatakan, selain petani muda, kegiatan juga diikuti sejumlah pegiat media komunitas di Bantul. Hal tersebut sebagai komitmen dalam menjaga regenerasi di sektor pertanian.
Kegiatan itu bagian program Community for Sustainability tujuannya adalah meningkatkan minat generasi muda terjun dalam sektor pertanian. "Tujuan program ini diantaranya mendorong generasi muda agar mau terjun di bidang pertanian. Hadirnya sentuhan teknologi berupa energi listrik dalam bidang pertanian diharapkan jadi magnet baru bagi anak muda," ujarnya.
Karena dengan pemanfaatan energi listrik masuk disektor pertanian sudah pasti menekan biaya produksi. Manajer PLN ULP Bantul, Kemas Ferry Rahman mengatakan, sejauh ini PLN terus meningkatkan pemanfaatan energi listrik bagi petani. Khusus di Kabupaten Bantul sudah lebih 1.500 petani sudah beralih dari bahan bakar minyak ke pemanfaatan listrik dalam menunjang produksi pertanian.
"Kami sudah melakukan sosisalisasi kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan sekarang ini sudah ada 21 Gapoktan di Bantul sudah menggunakan listrik untuk mendukung kegiatan sektor pertanian dan operasionalnya," jelasnya. Selama ini PLN (Persero) sudah melayani banyak petani di Bantul termasuk di kawasan lahan pasir pesisir selatan Bantul.
Selain itu, PLN juga memberikan layanan kepada sebagian petani di Imogiri dan terus memperluas jaringannya agar lahan pertanian mudah mendapatkan akses listrik. Sementara salah satu aktivis petani muda di Dusun Sompok, Anton mengungkapkan, baru dua bulan terakhir 20 petani di wilayahnya memanfaatkan energi listrik.
Dengan terobosan tersebut efisiensi biaya produksi sangat besar. Karena untuk kebutuhan pengairan sudah beralih ke energi listrik. Sebagai ilustrasi, anggaran untuk bahan bakar untuk mengairi lahan bawang merah dalam sebulan harus mengeluarkan uang Rp 1 juta. Setela menggunakan pompa listrik dalam periode sama tidak lebih dari Rp 100 ribu. Hadir sebagai narasumber yakni, Pokdarwis Gua Cemara dan Penggerak Konservasi Penyu, Fajar Subekti dan Owner Nagsib Kramik, Dicky Bisma Saputra.(Roy)