Krjogja.com - Bantul - Sejak Februari sampai dengan awal April 2024 nanti di Bantul mengalami musim panen padi seluas 4.000 hektare dengan produksi 8,8 ton gabah kering giling per hektare. Sehingga ketersediaan beras di Bantul sampai saat ini aman.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul Joko Waluyo SPt MSi ,terkait dengan kenaikan harga beras di pasaran hingga mencapai Rp 19.000 per Kg. Tetapi menurut Joko, kenaikan harga beras tidak bermasalah bagi petani di Bantul. " Ketersediaan beras di Bantul aman," tuturnya.
Karena 97 persen petani di Bantul merupakan petani gurem yang rata- rata mempunyai lahan di bawah 5.000 meter persegi. Hasil panenan padinya pada umumnya disimpan, ada yang sampai berbulan- bulan , jika membutuhkan baru dikeluarkan untuk digiling. Beda dengan petani yang punya lahan luas, begitu panen bisa langsung dijual.
Dikatakan, penduduk Bantul yang jumlahnya sekitar 1 juta jiwa, kebutuhan beras memerlukan sekitar 100.000 ton gabah kering giling. Di tahun 2023 masih ada surplus 85.000 ton gabah kering giling. Jika dijadikan beras bisa menjadi 50 persen dari berat gabah kering giling.
Tentang kenaikan harga beras akhir- akhir ini menurut Joko berdampak memberi keuntungan bagi petani. Karena tanaman padi yang dipanen awal tahun ini, selain untuk kebutuhan makan , sebagian bisa dijual dengan harga yang menguntungkan.
Terkait budidaya tanam padi organik, hingga saat ini kemajuan petani masih rendah atau belum maksimal sehingga baru beberapa kelompok tani saja yang menanam padi organik.
Petani memang dianjurkan oleh DKPP untuk tanam padi organik, karena harga beras organik lebih mahal dan dicari orang sehingga bisa meningkatkan keuntungan petani. (Jdm)