Mengolah Limbah Batik Tulis dengan Internet

Photo Author
- Senin, 12 Agustus 2024 | 18:33 WIB
Pelatihan alat pengolahan limbah batik di Perkumpulan Batik Randu Alas Padukuhan Mrisi, Kelurahan Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Bantul.   (istimewa)
Pelatihan alat pengolahan limbah batik di Perkumpulan Batik Randu Alas Padukuhan Mrisi, Kelurahan Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Bantul. (istimewa)


Krjogja.com - Bantul - Mengolah limbah batik tulis sampai sekarang belum menemukan solusi tepat.

"Kebanyakan limbah dibuang ke sungai dan itu membahayakan biota di sungai. Tim dosen Universitas Ahmad Dahlan/UAD membuat solusi metode atau cara mengolah limbah dengan campuran senyawa yang dinamakan katalis," kata Liya Yusrina Sabila ST MT, Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) UAD, Minggu (11/08/2024).

Dijelaskan Liya Yusnia, dalam pengolahan limbah batik butuh pengadukan. Pengadukan bisa dillakukan secara manual, tetapi itu menghabiskan banyak waktu. "Tim PKM UAD membuat otomasi pengadukan yang bisa dikendalikan dari jarak jauh dengan menggunakan internet melalui aplikasi di HP. Tujuan mengolah limbah batik yaitu mengubah warna dari pekat, misal hitam atau merah pekat menjadi jernih kembali.

Baca Juga: TPST Piyungan Terapkan Layanan Darurat Sampah 

Liya Yusnia menyampaikan hal tersebut terkait dengan Tim dosen Pengabdian UAD dari Prodi Teknik Elektro dan Teknik Kimia FTI menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) bertema 'Peningkatan Kemampuan Kelompok Masyarakat Batik Randu Alas Padukuhan Mrisi, Tirtonirmolo dalam Mengolah Limbah Batik dengan Memanfaatkan Teknologi Internet of Things.

Tim PKM UAD terdiri Shinta Amelia ST MEng dan Arsyad Cahya Subrata ST MT serta diikuti sejumlah mahasiswa. Kegiatan yang mendapatkan dukungan dari DRTPM, Kemdikbudristek Tahun 2024, berlangsung di Pendopo Buya, Mrisi RT 06, Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Bantul.

Dalam kegiatan diawali dengan pengisian lembar pretest. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan pemgolahan limbah batik menggunakan Internet of Things. Dalam kegiatan tersebut, mitra menyediakan air bekas pencucian kain batik tulis berwarna pekat yang kemudian dimasukkan ke dalam alat pengolahan limbah batik berbentuk tabung.

Baca Juga: Pelantikan Dewan, BSB Pecah Rekor Lolos Periode Keempat

Di dalam tabung dimasukkan pula campuran yaitu katalis sebagai pengurai zat pewarna untuk mengurai zat tersebut menjadi H2O dan CO2. Menggunakan alat pengolahan limbah batik, air limbah diaduk dan dideteksi kadar warnanya menggunakan sensor warna. Jika sensor warna mendeteksi bahwa warna air limbah sudah terdegradasi menjadi warna air pada umumnya, maka air tersebut dikeluarkan dari tabung menggunakan pompa.

Seluruh kegiatan yang ada di dalam tabung dapat dimonitoring menggunakan aplikasi pada ponsel pintar, mulai dari monitoring kadar warna, kondisi pompa nyala/mati dan kondisi pengaduk dalam tabung. Mitra/pengguna alat dapat memonitoring dari jarak jauh sehingga dapat menefisiensikan waktu untuk mengerjalan pekerjaan lain.

Baca Juga: SD Muhammadiyah Pendowoharjo Rayakan Hari Kemerdekaan RI ke-79 dengan Lomba Kolaboratif

Suhartati salah satu anggota dari Perkumpulan Batik Randu Alas Padukuhan Mrisi mengaku mendapatkan ilmu baru yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab permasalahan pengolahan limbah batik selama ini. "Kami berharap kegiatan ini terus berlanjut." harapnya.(Jay).

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gelar Budaya 2025 di SMA N 1 Pundong

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:30 WIB

Decimal Fest 2025, Jembatan Bank BPD DIY Raih Gen Z

Minggu, 14 Desember 2025 | 06:42 WIB

3.393 PPPK Paruh Waktu di Bantul Dilantik

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:00 WIB
X