KRJogja.com - BANTUL - Kerajinan stagen atau kain tenun berupa sabuk yang panjang, untuk memakainya dililitkan di bagian perut dan bisa difungsikan sebagai korset. Dulu banyak dipakai untuk sabuk bagi ibu-ibu usai melahirkan.
Ada juga yang dipakai untuk pelengkap busana Jawa. Pada era milineal sudah jarang ibu-ibu yang menggunakan jenis sabuk ini.
Tetapi di padukuhan Botokan Argosari Sedayu Bantul jenis kerajinan tenun ini masih diproduksi. Salah satu perajinnya perempuan paruh baya , Harti. Perempuan ini dalam kesehariannya menenun benang dengan telaten hingga menghasilkan kain tenun stagen.
Walaupun zaman sudah modern, tetapi aktivitas menenun yang dilakukan Harti di lokasi samping rumahnya masih aktif menggunakan erek atau ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin ).
Menurut Harti Kamis (2/10), iia menekuni pekerjaan membuat kain stagen tersebut sudah dilakukan sejak masih muda.
"Sejak muda saya sudah membuat stagen, awalnya saya bekerja di tempat juragan tenun, tetapi kemudian membuka usaha sendiri dengan menggunakan ATBM. Dan usaha ini kami dibantu 20 orang pekerja yang usianya rata- rata sudah 50 tahun" katanya.
Untuk membuat kain stagen yang ukuran panjangnya 9 meter membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Sehingga dalam sehari setiap pekerja mampu menghasilkan 5 lembar stagen.
"Untuk pemasaran stagen biasanya pakai hitungan koden ( 12 lembar ). Pembelian dengan satuan juga bisa dilayani tetapi dengan yang berbeda dengan hitungan koden (kodi)," imbuh Harti.
Walaupun Harti mengaku tidak kesulitan dalam hal pemasaran, tetapi Harti tetap berharap, di tengah maraknya persaingan produk yang dibuat dengan menggunakan mesin, eksistensi tenun ATBM dapat terus lestari lintas generasi. ( Jdm )