FIK UMY Adakan Diskusi Film Demi Menunjang Pembelajaran Sinematografi Mahasiswa

Photo Author
- Minggu, 10 November 2024 | 19:02 WIB
 Film dokumenter etnofiksi ini karya Dr. Dag Yngvesson dan Dr. Koes Yuliadi dengan pemain utama Dr. KRT. Akhir Lusono, S.Sn., M.M.   (istimewa)
Film dokumenter etnofiksi ini karya Dr. Dag Yngvesson dan Dr. Koes Yuliadi dengan pemain utama Dr. KRT. Akhir Lusono, S.Sn., M.M. (istimewa)


Krjogja.com - Bantul - Film selain sebagai sebuah karya seni namun juga selalu menyimpan cerita menarik di balik prosesnya. Hal itulah yang coba diketengahkan pada screening dan diskusi film Banyak Ayam Banyak Rejeki (BABR) di Gedung Ibrahim Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (07/11). Film dokumenter etnofiksi ini karya Dr. Dag Yngvesson dan Dr. Koes Yuliadi dengan pemain utama Dr. KRT. Akhir Lusono, S.Sn., M.M.

Acara yang diadakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi disambut antusias semua mahasiswa khususnya mereka yang mengikuti mata kuliah sinematografi. Kepala Prodi Ilmu Komunikasi UMY, Dr. Fajar Junaedi, S.Sos., M.Si., menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi salah satu cara untuk mendukung pembelajaran mahasiswa. "Prodi ilmu komunikasi menjembatani teman-teman mahasiswa untuk belajar dari berbagai hal. Semoga dari kegiatan hari ini, teman-teman bisa belajar lebih banyak untuk menunjang tugas akhir di kuliah sinematografi," ujarnya.

Banyak Ayam Banyak Rejeki (BABR) merupakan film dokumenter yang menceritakan kisah hidup Arjun, laki-laki yang memiliki 4 orang istri. Film yang digarap sejak 2009 ini rampung dan dirilis secara resmi di Festival Film Dokumenter (FFD) tahun 2021 lalu. Meski membutuhkan waktu produksi sekitar 11 tahun namun film BABR tetap memerhatikan perkembangan isu yang ada di setiap tahunnya.

Baca Juga: Jelang Pilkada, KPU KP Gelar Simulasi Pemungutan dan Penghitungan Suara

BABR dengan apik mengemas karya dokumenter dengan tambahan bumbu-bumbu komedi satir. Film ini juga menjelaskan kenyataan hidup seseorang dengan membaginya menjadi beberapa bab, mulai dari latar belakang karakter Arjun, hingga proses dirinya 'menemukan' setiap istrinya.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa mengetahui sebuah genre baru dalam film, yaitu dokumenter etnofiksi. Genre ini merupakan gabungan dari kata etnografi dan fiksi yang dalam film dijelaskan sebagai perpaduan antara dokumenter dengan cerita yang terstruktur sehingga membangun realitas yang lebih nyata. "Saya yakin teman-teman UMY bisa membuat film dengan gayanya sendiri," yakin Dr. Koes.

Baca Juga: Jatanras dan PPA Polresta Yogya Terima Penghargaan

Di akhir kegiatan, Dr. Dag juga memberikan semangat untuk mahasiwa Ilmu Komunikasi UMY yang akan melaksanakan produksi film dari mata kuliah pengantar sinematografi. "Alat-alat sekarang lebih murah, accesible, dan kualitasnya lebih bagus daripada waktu kami produksi. Jadi, kalian tidak punya alasan untuk tidak membuat film yang bagus," ujarnya. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gelar Budaya 2025 di SMA N 1 Pundong

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:30 WIB

Decimal Fest 2025, Jembatan Bank BPD DIY Raih Gen Z

Minggu, 14 Desember 2025 | 06:42 WIB

3.393 PPPK Paruh Waktu di Bantul Dilantik

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:00 WIB
X