Kisah Ki Gadhing Pawukir Yang Mendalang di Samben Sedayu dan Sukses Menggaet Kawula Muda

Photo Author
- Sabtu, 1 November 2025 | 08:23 WIB
Ki Gadhing Pawukir (kiri) menerima wayang gunungan yang diserahkan oleh Kepala Padukuhan Samben, Argomulyo, Sedayu, Arif Ridhan Yusman. (Foto: Wahyu Priyanti)
Ki Gadhing Pawukir (kiri) menerima wayang gunungan yang diserahkan oleh Kepala Padukuhan Samben, Argomulyo, Sedayu, Arif Ridhan Yusman. (Foto: Wahyu Priyanti)

KRjogja.com - Bantul - Dusun Samben, Argomulyo, Sedayu, Bantul menggelar wayang kulit berlakon "Bagong Bangun Deso" dalam rangka Merti Dusun Memetri Tirta Sendang, Jumat (31/10/2025) malam. Dalang yang dihadirkan adalah Ki Gadhing Pawukir dengan bintang tamu Lintang Kairo, Apri dan Mimin. 

Lalu, siapakah Ki Gading Pawukir yang namanya makin populer di blantika wayang kulit dan digandrungi kawula muda saat ini? 

Ki Gading Pawukir Seno Saputro adalah putra dari almarhum dalang kondang Ki Seno Nugroho asal Sedayu Bantul. 

Baca Juga: ICHS 2025 Perkuat Kolaborasi Lintas Profesi dan Batas Geografis Tanggulangi NCDs

Dalam sebuah kesempatan saat berbincang dengan KRjogja.com, ibunda Gadhing Pawukir yaitu Agnes Widyasmoro SSn MA menceritakan, Gadhing belajar tentang wayang purwo dari nol dan memulainya saat di bangku 2 SMP. 

"Saat berproses dari nol, Gadhing sudah suka dolanan wayang mulai sabet hingga njempalik-njempalikke wayang. Saat pandemi Covid-19 gamelan wayang juga digelar terus. Karena itulah progres Gadhing belajar mendalang sangat baik. Dari hanya bisa njempalikke, perang dan sabetan cilik-cilikkan," terang Agnes saat ditemui di kampus ISI Yogyakarta tempatnya mengajar. 

Selanjutnya, papar Agnes, dia mulai beranjak mengenal tahapan Ontowecono lalu sudah bisa berdialog meskipun sedikit. 

Baca Juga: Polres Sukoharjo Gerak Cepat Tangani Dampak Hujan Deras dan Angin Kencang

Namun untuk improvisasi masih belum karena tahapan ini butuh pengalaman empiris luar biasa. Lalu mulai berlanjut ke suluk. 

"Nah itu kan sangat kompleks. Saya membayangkan Ontowecono saja ada berapa lakon karakter berikut ucapan dan suaranya. Gadhing sudah mulai belajar tentang itu. Untuk proses belajar dalam waktu singkat sudah baik. Dan ini tak ada intervensi langsung dari orangtua. Tidak ada paksaan, hanya dukungan dan penguatan semangat untuk Gadhing. Proses belajar tersebut murni anaknya sendiri yang mencari," ungkap Agnes. "Padahal, itu di luar ekspektasi saya sebagai ibu yang mendampingi," tegasnya. 

Gadhing bisa mengembangkan dirinya secepat itu padahal wayang kulit purwo itu kompleks. Kadang sang ibu justru tak tega melihat perjuangan belajar sang anak. Namun, lantaran profesi sang ayah ternyata telah menurun ke Gadhing dan jadi passionnya.

Baca Juga: JKIND Siap Beri Perlindungan Mobil Premium, Buka Workshop Barunya di Tangerang

Sebagai contoh, ketika harus ke dalang kondang almarhum Ki Manteb Soedharsono, Gadhing langsung janjian sendiri dan merancang kegiatannya. Dengan diantar Pakdenya yaitu Bimo Tutuko, Gadhing seminggu menginap di rumah Ki Manteb. 

Tak puas hanya berguru pada Ki Manteb, Gadhing melanjutkan menimba ilmunya di Mbah Sudir Sragen. Sepulang dari dua maestro tersebut, Gadhing tak banyak bercerita pada ibunya. Tapi, hasil dari ngangsu kawruhnya tersebut langsung terlihat saat Gadhing berada di panggung.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gelar Budaya 2025 di SMA N 1 Pundong

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:30 WIB

Decimal Fest 2025, Jembatan Bank BPD DIY Raih Gen Z

Minggu, 14 Desember 2025 | 06:42 WIB

3.393 PPPK Paruh Waktu di Bantul Dilantik

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:00 WIB
X