BANTUL (KRJogja.com) – Perkumpulan Sastrawan Jawa Bantul (PSJB) ‘Paramarta’ merayakan hari jadinya yang ke-8 dengan gelaran sederhana namun hangat di RM Bu Tala, Dagan, Timbulharjo, Sewon, Sabtu (15/11). Acara dihadiri sekitar 60 anggota serta tamu undangan dari berbagai komunitas sastra.
Ketua PSJB Paramarta Bambang Nugroho menjelaskan bahwa komunitas ini lahir pada 24 Oktober 2017, berawal dari pertemuan para penulis dan pengarang sastra Jawa di Bantul yang difasilitasi Dinas Kebudayaan setempat.
“Dari sarasehan waktu itu muncul gagasan membentuk PSJB Paramarta sebagai wadah koordinasi, informasi, motivasi, edukasi, dan inspirasi,” kata Bambang. Wadah tersebut diharapkan dapat mendorong para penulis agar lebih kreatif, inovatif, dan produktif dalam menghasilkan karya sastra Jawa.
Saat ini PSJB Paramarta memiliki 65 anggota aktif dan semiaktif dari berbagai latar belakang profesi, mulai dari guru, dosen, karyawan hingga pensiunan. Salah satu program rutinnya yakni menerbitkan satu buku setiap tahun, mengadakan workshop menulis, dan terlibat dalam kegiatan bahasa dan sastra bersama instansi atau komunitas seni lainnya.
Pada sesi bincang ringan yang dimoderatori Tedy Khusairi, dua narasumber hadir membahas perkembangan sastra Jawa. Drs Dhanu Priyo Prabowo MA menegaskan bahwa sastrawan Jawa selalu lahir di setiap generasi meski menghadapi tantangan baru.
“Saya optimis sastra Jawa tidak akan mati,” ujarnya.
Senada dengan itu, Adi Satiyoko SS MA menilai masa depan sastra Jawa tetap cerah berkat berbagai kegiatan yang dilakukan paguyuban sastra, sanggar seni, serta dukungan kompetisi dan pawiyatan dari dinas kebudayaan.
Acara turut dihadiri perwakilan Dinas Kebudayaan DIY dan Kabupaten Bantul, komunitas sastra Jawa dari Sleman, Kulon Progo, Yogyakarta, serta sejumlah sanggar. Dalam kesempatan tersebut, enam buku baru karya anggota PSJB Paramarta turut dilaunching. Pembacaan geguritan, dongeng, dan tembang turut memeriahkan acara, termasuk pengenalan lagu “Bantul Kotaku Bumi Satriya” karya Mujiyana.
(War)