Krjogja.com - BANTUL - Siapa sangka, sebuah usaha kecil di garasi rumah pada 2017 bisa menjelma menjadi brand kulit lokal yang produknya menembus pasar internasional.
Itulah perjalanan Kenes Leather, usaha milik Bagun Bagus Feriyanto yang kini mampu menjual hingga lima ribu produk per bulan dan mempekerjakan lebih dari 60 karyawan serta mitra.
Baca Juga: Aji Karnanto Langsung Daftar Jadi Bacaketum KONI Kota Yogyakarta
Feri begitu ia akrab disapa, masih ingat betul masa ketika ia harus mengerjakan produksi sendirian. Berbekal ketertarikan pada dunia kulit dan semangat untuk menghadirkan produk yang berkualitas, ia mantap membuat brand sendiri.
"Dulu booming pertama di Instagram. Saya urus sendiri semuanya. Waktu itu belum produksi sendiri, masih ambil dari tempat orang lain dan belum ada tag merek," kenangnya ketika berbincang di kantornya, Senin (17/11/2025).
Dari pengalaman itu, ia kemudian memberanikan diri memproduksi sendiri. Beruntung, ada kenalan yang sebelumnya pernah membuatkan produk untuknya dan bersedia membantu memulai proses produksi. Sedikit demi sedikit, Kenes Leather tumbuh.
Baca Juga: Generasi Muda, Mesin Penggerak Baru Ekonomi Kreatif Daerah
"Akhirnya terus berjalan sampai sekarang, usia usaha kami sudah 14 tahun. Perjalanan panjang, tapi semua saya pelajari dari pengalaman," ujarnya.
Kenes Leather punya satu ciri yang membedakan mereka dari banyak brand kulit lain yakni kesederhanaan. Tahapan produksi dilakukan secara handmade, dengan ciri khas simple, tidak ramai.
"Kami sengaja buat seperti itu. Bahkan, Kenes memberikan garansi seumur hidup. Cukup bawa produknya, kami akan melakukan perbaikan secara gratis," tandasnya.
Kepercayaan pada kualitas menjadi alasan utama ia berani memberikan garansi tersebut. Tak jarang, konsumen datang membawa barang yang sudah dipakai hingga 10 tahun, alih-alih mengganti dengan yang baru, banyak yang merasa justru semakin suka dengan tampilan kulit yang sudah menua.
Salah satu kekuatan Kenes Leather justru datang dari lokasi produksinya yakni Yogyakarta. Selain punya ekosistem industri kreatif yang berkembang, Jogja juga memiliki sekolah-sekolah yang mendukung dunia kriya kulit, mulai dari SMK hingga program D3.
"Ini sangat membantu kami dari sisi tenaga produksi. SDM kami hampir semua lokal," jelas Bagus.
Kenes juga menjadi ruang pemberdayaan bagi penyandang disabilitas. Sejak 2021, tujuh disabilitas ikut terlibat dalam pembuatan dompet pria. Keberadaan mereka tak hanya memperkuat kapasitas produksi, tetapi juga memberi dampak ekonomi bagi masing-masing individu.