Krjogja.com – BANTUL – Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY resmi meluncurkan Calendar of Event 2026 bertajuk Jogja Manggatra Ngupadi Swadaya di Grand Rohan Yogyakarta, Rabu (10/12/2025) malam. Peluncuran ini memperkenalkan 277 agenda kebudayaan yang akan digelar sepanjang 2026 mendatang.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakhsmi Pratiwi, menegaskan peluncuran ini bukan sekadar daftar agenda kegiatan. Menurut Dian, tema Ngupadi Swadaya mencerminkan semangat kemandirian budaya Yogyakarta di masa depan.
"Malam hari ini adalah momentum meneguhkan arah, sikap, dan ikhtiar kebudayaan kita bersama. Ngupadi Swadaya berarti mencari, menempa, dan menumbuhkan kemandirian, bukan menunggu atau bergantung," ungkap Dian.
Ia menyebut prosesi teatrikal Gatotkaca yang “lulus” dari Kawah Candradimuka menjadi simbol perjalanan budaya yang ditempa oleh proses dan keberanian. "Kekuatan sejati lahir bukan dari anugerah, tetapi dari ujian dan ikhtiar bersama," ujarnya.
Dian juga mengajak publik menoleh pada capaian kebudayaan sepanjang 2025 sebagai pijakan menuju tahun baru. Ia menyebut 283 event berhasil terlaksana dengan kehadiran lebih dari 300.000 pengunjung dan melibatkan 10.000 pelaku budaya.
"Ini menunjukkan bahwa kebudayaan di Yogyakarta bukan hanya hidup sebagai ekspresi tradisi, tetapi tumbuh sebagai ekosistem sosial dan ekonomi. Selain itu, 872 UMKM ikut bergerak dalam berbagai event budaya tersebut," tambahnya.
Pasar Kangen TBY menjadi salah satu program dengan capaian signifikan di 2025. "Pasar Kangen TBY mampu meraup omzet hingga 5,4 miliar rupiah, menjadi bukti bahwa ruang budaya dapat menjadi ruang kesejahteraan," kata Dian.
Ia juga memaparkan bahwa 303 kelompok seni telah menerima fasilitasi dari Dinas Kebudayaan DIY sepanjang tahun. Pengakuan nasional juga hadir lewat Anugerah Kebudayaan Indonesia yang diterima Pemerintah Daerah DIY dan Museum Sonobudoyo.
Pada aspek penguatan akar budaya, program pembinaan dan fasilitasi terus dijalankan sepanjang 2025. "Kami melakukan pembinaan komunitas sejarah, wajib kunjung museum untuk 10.000 peserta, serta fasilitasi adat, tradisi, dan seni anak," jelasnya.
Memasuki 2026, Dinas Kebudayaan menyiapkan rangkaian program terkurasi untuk pelaku budaya. Terdapat workshop pelestarian cagar budaya sebanyak lima kali dan fasilitasi pameran serta kuratorial dalam enam event utama.
Dian menegaskan bahwa kebijakan budaya harus bersifat kontekstual dan berpihak pada keragaman ekosistem. "Tugas pemerintah bukan menggantikan daya tumbuh masyarakat, melainkan membersamai dan menguatkan proses tumbuh itu sendiri," tandasnya.
Ia menambahkan, peluncuran agenda budaya tahun ini dilakukan secara simbolik oleh para pelaku seni melalui pementasan tari. "Pemerintah turun satu langkah ke belakang agar pelaku budaya dapat melangkah satu langkah ke depan," kata Dian.
Dinas Kebudayaan DIY berharap hadirnya 277 agenda budaya sepanjang 2026 dapat memperkuat ekosistem budaya Yogyakarta. "Semoga ikhtiar ini menjadi pijakan kokoh bagi masa depan kebudayaan Yogyakarta," tutup Dian. (Fxh)