Krjogja.com - BANTUL - Anggota DPR RI Dapil DIY, Ibnu Mahmud Bilaludin berdialog dengan warga Kasihan di Kelurahan Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Sabtu (15/6/2023). Ibnu Mahmud Bilalludin bersama Arif Jamali Muis, sekretaris PWM DIY, membahas tentang posisi umat Islam di kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kegiatan sosialisasi empat pilar yang diikuti 150 warga dari Kasihan dan Sedayu.
Ibnu menjelaskan dalam berbangsa dan bernegara, peran berbagai organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah, NU, PERSIS dan ormas lainnya sangat penting. Hal itu terlihat nyata dari upaya seluruh elemen itu untuk ikut terlibat aktif mengusahakan kemerdekaan Indonesia.
"Selain itu, dengan adanya ormas-ormas tersebut, dirasakan bagaimana masyarakat terbangun dengan lebih berkualitas, baik dari segi ekonomi, sosial, pendidikan dan budaya. Dampaknya, masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi dalam membangun negeri agar terus berkembang," ungkap Ibnu.
[crosslink_1]
Muhammadiyah salah satu yang menjadi kekuatan nasional sejak awal berdiri pada tahun 1912 telah berjuang dalam pergerakan kemerdekaan dan melalui para tokohnya terlibat aktif mendirikan Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Perjuangan Muhammadiyah tak berhenti sampai Indonesia merdeka saja, namun terus berlanjut dari pemerintahan-pemerintahan pasca kemerdekaan, hingga sekarang.
"Artinya Muhammadiyah memiliki sumbangsih yang besar dan peran yang penting dalam membangun negeri. Pengabdian Muhammadiyah terhadap bangsa dan negera terus berlanjut. Misi kebangsaan Muhammadiyah ini didorong keinginan yang kuat agar Indonesia mampu melangkah ke depan sejalan dengan cita-cita kemerdekaan," imbuhnya.
Sementara, Arief Jamali Muis dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, menjelaskan bahwa umat Islam harus bersikap moderat dan tetap objektif dalam melihat berbagai persoalan umat dan bangsa. Ia berpesan agar umat Islam bersikap Wasathiyah dalam memandang segala sesuatu dalam berbangsa dan bernegara.
“Umat Islam harus mengedepankan sikap wasathiyah (sikap tengahan), tidak ekstrem ke kanan maupun ke kiri, selain itu dalam berperan membangun peradaban bangsa, harus beralih dari sikap reaktif-konfrontatif menjadi proaktif-konstruktif sehingga dapat membangun pusat-pusat keunggulan (center of excelent) yang akhirnya bangsa ini juga terangkat martabatnya," terang Arief. (Fxh)