Krjogja.com - BANTUL - Merujuk data Global Tuberculosis Report (GTR) mencatat, tahun 2022 terdapat 969.000 kasus tuberkulosis (TBC) baru di Indonesia.
Dengan angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara kedua dengan kasus TBC terbanyak di dunia.
Sementara sejak tahun 2021 hingga kini Sub Sub Recipient (SSR) Sinergi Sehat Indonesia gencar melakukan kegiatan untuk membendung laju TBC di Kabupaten Bantul.
"Pengendalian penyakit tuberkulosis termasuk satu dari lima prioritas kesehatan nasional. Berdasar data Kementerian Kesehatan RI, estimasi kasus TBC tahun 2021 berjumlah 969.000 kasus TBC. Tetapi baru 443.235 TBC yang ditemukan dengan angka kematian 15.186 orang," ujar Kepala SSR Sinergi Sehat Indonesia Bantul, dr Nurkholid Majid MPH dalam konferensi pers pernyataaan bersama upaya kolaborasi penanggulangan tuberkulosis di Bantul, Rabu (21/12/2022).
Dalam acara tersebut juga dihadiri Kabid P2 Dinas Kesehatan Bantul dr Sri Wahyu Joko Santoso, Kepala Seksi (Kasi) Survelensi dan Imunisasi Dinkes Bantul, Abednego Dani Nugroho,
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Agus Budi Raharjo SKM. MKes mengatakan, di Kabupaten Bantul, per Januari hingga November 2022 terdapat 1.216 kasus TBC ditemukan di seluruh fasilitas kesehatan di Bantul.
Dari jumlah tersebut 619 diantaranya kasus TBC anak serta 12 kasus pasien TBC resisten Obat. "Jumlah itu masih 50% dari estimasi 2.431 kasus TBC di Kabupaten Bantul. Artinya masih banyak orang dengan TBC belum ditemukan dan diobati," ujarnya.
Agus mengungkapkan, jika TBC bukan penyakit keturunan serta penyakit aib. "TBC bisa disembuhkan, makanya masyarakat harus diberikan pemahaman. Jangan malu menderita TBC harus minum obat rutin sampai tuntas pasti sembuh. Oleh karena itu pendampingan bagi pasien TBC agar dapat menjalani pengobatan sangat dibutuhkan," ujarnya.
Dijelaskan, dalam upaya pencegahanya salah satunya adalah memberikan Terapi Pencegahan TBC (TPT) bagi pasien yang kontak erat pasien TBC.
Termasuk menguatkan jejaring internal dan eksternal serta meningkatkan fasilitas kesehatan. Tidak kalah penting berkolaborasi multi sektor melalui pendekatan District Based Public Private Mix (DPPM).
Lewat pendekatan DPPM, Dinas Kesehatan Bantul, fasilitas kesehatan, dan Komunitas saling berkolaborasi untuk meningkatkan angka penemuan kasus TBC.
Termasuk memastikan pasien mendapatkan pengobatan sesuai standar dan berpusat pada pasien. SSR Sinergi Sehat Indonesia Bantul terus memerangi TBC.
Dengan membentuk komunitas dalam peranannya untuk menemukan kasus melalui kegiatan Investigasi Kontak (tracing).
Sosialisasi TBC ke masyarakat, mendorong pemberian TPT pada kontak erat pasien, pelacakan dan edukasi pasien putus berobat, serta pendampingan pasien TBC.