BANTUL, KRJogja.com - Kendati penderita Covid-19 di Kabupaten Bantul terus melandai, bahkan tinggal menyisakan lima kasus. Namun masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyakit lain yang tidak kalah ganas. Salah satunya menyeruaknya penyakit hepatitis akut berat. Karena jika terlambat dalam penanganan bisa menyebabkan kematian.
Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Budi Raharja SKM MKes, Rabu (11/5) mengatakan, jika masyarakat sekarang ini tengah berhadapan dengan wabah hepatitis akut berat. Bahkan hingga kini belum diketahui sebabnya. Sementara WHO sudah menetapkan hepatitis akut tersebut sebagai kejadian luar biasa (KLB). Status KLB tersebut ditetapkan setelah kasus hepatitis akut pertama kali ditemukan sejumlah negara Eropa.
Termasuk munculnya dugaan tiga pasien anak hepatitis akut di Indonesia meninggal periode 16-30 April 2022 meregang nyawa. "Sampai hari ini belum ditemukan adanya kasus konfirmasi hepatitis akut berat,"ujarnya.
Masyarakat diminta mewaspadai gejala awal yang mengarah ke hepatitis akut.
"Beberapa ciri diantaranya mual, muntah, diare berat, demam ringan. Setelah itu gejala lanjutan air kencing berwarna pekat mirip teh dan BAB berwarna putih pucat, warna mata dan kulit menguning, gangguan pembekuan darah, kejang hingga kesadaran menurun," ujarnya.
Sedang puskesmas, rumah sakit yang menerima pasien dengan gejala mengarah ke hepatitis akut berat akan memgambil tindakan pemeriksaan laboratorium. Hal tersebut untuk memastikan pasien tersebut terpapar hepatitis A, B, C, D dan E. Ketika semuanya negatif, pa‎sien bisa dikatakan kemungkinan atau probable terkena hepatitis akut berat.
"Ketika probable sehingga penangannya lebih cepat dan juga ada antisipasi agar tidak menularkan kepada orang lain ,"ujarnya. Sebanyak 27 puskesmas sudah memiliki laboratorium sebagai tempat menguji apakah pasien tersebut positif hepatitis A, B dan C. Meski begitu, untuk memastikan pasien positif hepatitis D dan E bisa dicek di rumah sakit Sardjito.
‎