bantul

Jembatan Hanyut, 'Gethek' Kini Jadi Primadona Warga

Kamis, 14 Desember 2017 | 12:46 WIB

BANTUL (KRjogja.com) - Setidaknya sembilan jembatan di Bantul hanyut diterjang banjir pasca badai Cempaka pada akhir November lalu. Dua di antaranya adalah Jembatan Gantung Ngrombo dan Karanggayam  yang menghubungkan beberapa desa di Kecamatan Jetis dan Pleret. Dua jembatan gantung tersebut selama ini menjadi akses utama warga menuju ke sekolah, tempat kerja dan lahan pertanian. Demi menghindari jalan memutar hingga lebih dari 3 kilometer, warga kemudian menggunakan kapal darurat alias gethek untuk melintasi Sungai Opak.

Kapal darurat ini berada di antara Karangwuni Dusun Blawong 1, Trimulyo, Jetis dan Dusun Wonokromo, Pleret, Bantul. Sejak dioperasikan satu pekan terakhir, kapal yang dibuat dari beberapa tong atau drum ini menyeberangkan ratusan warga setiap hari.

Bahkan kapal ini beroperasi selama  hampir 24 jam. Salah satu pengemudi kapal, Arif Rahman mengaku  sering menyeberangkan warga di malam hari. Lantaran sejak ambrolnya dua jembatan itu, gethek menjadi akses terdekat menuju ke daerah sisi timur atau sisi barat sungai.

Dia bersama sepuluh warga Karangwuni lainnya bergantian menyeberangkan warga. “Kadang kalau malam saya tunggu sambil mancing, pukul 10 malam masih ramai yang nyeberang,” sebutnya, Rabu (13/12). Kapal yang dikemudikan dengan seutas tali dan tongkat panjang ini, menurutnya memiliki kapasitas maksimal 10 orang dan tiga sepeda motor.  

Sementara untuk menarik kapal ini dibutuhkan setidaknya dua orang. Menurut Arif, kapal tersebut

merupakan milik warga Wonokromo yang berada di sisi barat sungai kemudian dipinjamkan kepada warga Karangwuni untuk digunakan sebagai armada penyeberangan. Kapal ini sebelumnya hanya digunakan sebagai wahana di tempat bermain anak di Wonokromo, sehingga dia bersama beberapa relawan dikampungnya harus melakukan perbaikan.

“Papan kapal yang tadinya ban mobil kita ganti bambu biar motor bisa naik, terus kita juga buat  dermaga darurat karena yang lama terbawa banjir,” imbuhnya.

Sementara salah seorang warga Karangwuni, Suroto mengatakan karena ini kerjasama antara warga Wonokromo dan Karangwuni sehingga pihaknya tidak menetapkan tarif menyeberang. Dia hanya menyediakan kotak bagi warga yang hendak menyumbang seikhlasnya. Dana tersebut digunakan sebagai biaya operasional kapal dan perawatan. Banyaknya warga yang menyeberang membuatnya berencana untuk membuat satu unit kapal tambahan.

Halaman:

Tags

Terkini

Gelar Budaya 2025 di SMA N 1 Pundong

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:30 WIB

Decimal Fest 2025, Jembatan Bank BPD DIY Raih Gen Z

Minggu, 14 Desember 2025 | 06:42 WIB

3.393 PPPK Paruh Waktu di Bantul Dilantik

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:00 WIB