BANTUL, KRJOGJA.com - Meski daya bali wisatawan di kawasan Pasar Seni Gabusan (PSG) Bantul masih rendah, namun para pedagang yang berada di Jalan Parangtritis Timbulharjo Sewon Bantul tersebut masih optimis kedepan wisatawan bakal ramai. Pedagang tidak lagi peduli meski setiap bulan harus tombok untuk membayar penjaga showroom serta membayar listrik.
Salah satu pedagang kerajinan kulit di PSG, Hadi Prabowo mengungkapkan, ia bertahan hampir 13 tahun karena tidak punya tempat lain membuka tempat jualan. Selain itu pemerintah Bantul juga tidak menyewakan los yang di tempati alias semua digratiskan.
“Kami bertahan karena tidak ada tempat lain, paling tidak kita yang sini bisa ikut pameran dari pemerintah,†ujar Hadi Prabowo kepada KRJOGJA.com, Selasa (09/05/2017).
Warga Karangasem Wukirsari Imogiri ini tidak menampik pada awal berdirinya PSG sangat bagus. Tingkat kunjungan wisatawan sangat banyak dan bus selalu masuk PSG, namun keadaan berubah setelah gempa 2016 lalu.
“Namun paling terasa terpuruknya PSG terjadi tahun 2008 sampai sekarang ini. Kami berharap pemerintah segera bersikap, ada ratusan bus bahkan ribuan bus masuk ke objek wisata di Bantul, tetapi mengapa tidak satupun bus itu masuk ke PSG,†ujar Hadi.
Terpisah Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of The Indonesian Tours and Travel Agancies (Asita) DIY, Udhi Sudhiyanto mengaku siap apabila Pemkab Bantul menawarkan kerjasama untuk mempromosikan Pasar Seni Gabusan. "Seorang wisatawan memgunjungi obyek wisata atau tempat belanja karena ada keunikan di situ, sehingga Pasar Gabusan harus mempunyai menonjolkan keunikannyan itu," kata Udhi.
Pemilik Antar Anda Tour and Travel ini menambahkan, selama pihak pengelola PSG sudah menata dan membenahi maka tidak menutup kemungkinan untuk bekerjasama dengan Asita DIY. PSG dinilainya merupakan obyek wisata pilihan atau tambahan yang baru di Bantul sehingga sayang kalau tidak dimanfaatkan. (Roy/Ira)