KRjogja.com, BANTUL - Biennale Jogja 17 yang digelar di Taman Budaya Yogyakarta, Panggungharjo, Bangunjiwo, dan Area pabrik Gula Madukismo pada tanggal 6 Oktober sampai 25 November 2023 menarik perhatian berbagai pihak. Gelaran ini melibatkan sekitar 70 seniman dari berbagai daerah dengan mengambil judul Titen : Pengetahuan Menubuh, Pijakan Berubah serta mengusung topik trans-lokalitas dan trans-historisitas.
Duta Besar Prancis, Fabian Penone mengatakan sangat senang dengan diadakannya gelaran
ini. "Saya memiliki keinginan yang besar untuk memperkuat kerjasama antara Prancis dan
Indonesia khususnya Yogyakarta terlebih lagi dibidang seni dan kebudayaan," jelas Fabian
saat ditemui di kampung mataraman (06/10/2023).
Pada gelaran Biennale Jogja 17 juga mendatangkan kurator dari Prancis Natasa Petresin
Bachelez yang mengampu pimpinan dalam sebuah lembaga budaya yang bergerak dibidang
seni kontemporer dan Ibro Hasanovic seniman kelahiran Bosnia yang tinggal di Prancis, yang menyumbangkan salah satu karya di gelaran Biennale Jogja 17.
"Saya ingin meneruskan dan juga selalu mendukung kerja sama lewat pameran dan juga
diskusi kurator. Jadi saya selalu mendukung dengan adanya pameran-pameran seperti ini dan juga ingin meneruskan kerja dari Natasha dan Ibro di event-event berikutnya," imbuh Fabian.
Fabian mengungkapkan keinginan juga untuk berkolaborasi dengan dengan museum dan
galeri yang ada di Yogyakarta karena menemukan banyak sekali potensi yang bisa digali.
"Saya tadi juga berkunjung ke salah satu galeri dan saya sangat tertarik dengan galeri tersebut dan ingin menggali berbagai potensi disana," ungkapnya.
Selain itu Fabian juga berkolaborasi bidang akademik dengan mahasiswa maupun dosen di
ISI Yogyakarta dan Akademisi yang ada di Prancis. "Saya sangat senang berkolaborasi dengan Indonesia, karena disini saya juga belajar dengan masyarakat mengenai berbagai pengetahuan lokal," ungkap Ibro Hasanovic, seniman dari Prancis.
Kurator dari Prancis, Natasa Petresin Bachelez menjelaskan, dengan adanya kegiatan ini akan memperkuat kolaborasi antara kurator dan seniman. "Saya juga sangat terinspirasi masyarakat lokal Yogyakarta dan saya ingin melakukan kolaborasi karya untuk memanggil seniman Indonesia melakukan residensi ke Paris di suatu lembaga seni kontemporer, seperti halnya Aliya yang sudah pernah melakukan residensi di Paris dan bahkan sampai bertemu dengan seniman Ibro sehingga mampu menghasilkan suatu karya," pungkasnya.
Natasa dan Ibro memiliki harapan yang sangat besar untuk memperkuat kebersamaan
khususnya lewat kurator dan juga seniman Indonesia Prancis sehingga kedepannya mampu
memperluas kolaborasi. (*-1)