bantul

Difabel Zone di Nglarang Pandak Wadah Untuk Berkarya Bagi Kaum Difabel

Senin, 19 Agustus 2024 | 11:15 WIB
Anggota Komunitas Difabel Zone sedang berkarya di Difabel Zone. (Judiman)

KRJogja.com - BANTUL - Difabel zone merupakan komunitas yang didirikan di padukuhan Nglarang Triharjo Pandak Bantul sejak 2017 oleh Lidwina Wurie untuk memberdayakan kaum difabel, agar bisa mandiri.

"Pada umumnya penyandang difabel mengeluh, jarang yang tidak diterima ketika melamar pekerjaan karena alasan keterbatasan. Tetapi sebenarnya keterbatasan bukanlah menjadi penghalang bagi para penyandang difabel atau disabilitas untuk berkarya. Hal inilah yang menggugah kami untuk mendirikan komunitas difabel zone Pandak, berrdayakan kaum difabel bisa hidup mandiri, tanpa harus melamar pekerjaan di perusahaan," ungkap Wina kepada wartawan saat ditemui di Nglarang Pandak.

Yang dirangkul tidak hanya penyandang disabilitas, karena pendirian Difabel Zone sekaligus bertujuan untuk membuka lapangan kerja dan berlatih mandiri, terutama bagi difabel usia produktif.

Di Difabel Zone ini bisa memberikan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas yang punya minat keras hidup mandiri.

Di tempat ini mereka fokus membuat kerajinan batik dan kerajinan lain yang dikombinasikan dengan kain batik. Saat ini telah terwadahi tidak kurang dari 50 orang pengrajin batik difabel dan hasilnya dipasarkan secara langsung maupun lewat online.

Walaupun diproduksi di pedesaan, tetapi penjualannya mampu menembus pasar internasional, seperti Jepang, Jerman dan negara- negara di Eropa lainnya.

Menurut Suhartono (42) salah satu pengurus di komunitas Difabel Zone, di Difabel Zone ada 8 penyandang difabel yang setiap harinya tidur dan berkarya di Difabel Zone.

Sedangkan anggota Difabel Zone lainnya yang tidak kurang dari 50 orang bekerja di rumah masing- masing. Setelah selesai, hasil kerjanya yang dibuat di rumah tersebut disetor ke Difabel Zone.

Suhartono yang menyandang tuna daksa ini sudah sejak Difabel Zone didirikan.

Ia bertugas untuk membuat desain dari batik yang akan dikerjakan oleh rekan-rekannya. " Saya berada di sini sudah sejak Difabel Zone ini didirikan," katanya.

Sementara Rahmad, warga Saptosari Gunungkidul Yogyakarta mengaku rasa percaya dirinya meningkat setelah memiliki keterampilan membatik di komunitas Difabel zone.

"Jika melihat kondisi saya seperti ini tentu sulit untuk mencari pekerjaan. Namun dengan masuk komunitas Difabel zone ini, saya memiliki ketrampilan membatik yang hasilnya untuk hidup mandiri. ( Jdm )

Tags

Terkini

Gelar Budaya 2025 di SMA N 1 Pundong

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:30 WIB

Decimal Fest 2025, Jembatan Bank BPD DIY Raih Gen Z

Minggu, 14 Desember 2025 | 06:42 WIB

3.393 PPPK Paruh Waktu di Bantul Dilantik

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:00 WIB