Krjogja.com Bantul - Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Bantul terus berupaya meredam agar wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tidak meluas. Sementara peternak kini diselimuti kecemasan setelah wabah PMK terus menghajar hewan ternaknya. Bahkan kasus terkakhir, sapi milik anggota Kelompok Ternak 45 Depok Kalurahan Parangtritis Kretek meregang nyawa setelah sakit PMK.
"Merujuk data DKPP Bantul, hingga Minggu (6/1) kemarin sebanyak 27 ekor sapi mati. Dan hari ini ada satu ekor mati di Kretek mati, sehingga sampai Senin (7/1) sebanyak 28 sapi mati dan 182 dalam kondisi sakit dan dua ekor dipotong paksa," ujar Kepala DKPP Kabupaten Bantul, Joko Waluyo didampingi Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Kabupaten Bantul, Novriyeni,
Dijelaskan, DKPP Kabupaten Bantul terus mengambil langkah strategis untuk memerangi PMK. Karena tahun 2022 PMK sudah pernah terjadi di Bantul dan sudah mereda. Tetapi meningkat lagi di Bulan Desember 2024 ketika masuk musim penghujan. "Langkah-langkah yang kami ambil, pertama adalah menerbitkan SE dari Pak Sekda kepada Panewu dan kalurahan untuk kesiapsiagaan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dan meningkatkan kewaspadaan," ujar Joko.
Baca Juga: Sosok Pengganti Shin Tae-yong Diumumkan 12 Januari 2025
Selain itu, pihaknya juga mendorong peternak untuk selalu menjaga lingkungan kandang. Termasuk kualitas pakan lebih baik. "Kami juga memberi vaksin 275 dosis, yang sudah kita vaksin 274 ekor sapi di 10 Kapanewon di Bantul dan memberikan disinfektan di kandang," ujarnya. Menurut Joko, sejauh ini kasus paling banyak ditemukan di Kretek dan Bambanglipuro.
Ketua Kelompok Ternak 45, Dusun Depok Parangtritis Awal Naryadi, mengatakan munculnya wabah PMK sangat meresahkan anggota kelompok. Selain diliputi rasa takut hewan ternaknya mati. Pemilik sapi juga cemas kalau dijual dipasaran harganya sangat murah.
"Kami sebagai peternak Sangat cemas demikian juga dengan anggota kelompok lainnya. Hewan ternak kita sewaktu bisa terserang PMK. Karena sejak PMK masuk akhir Desember lalu sampai hari ini tiga ekor sapi mati. Pertama calon indukan berumur sekitar 2 tahunan bunting sekitar 7-8 bulan mati dan positif terkena PMK. Terus kedua 'pedhet', baru lahir itu karena induknya juga terkena PMK dan hari ini satu ekor sapi mati," ujar Awal.
Baca Juga: PSSI Resmi Pecat Shin Tae Yong, Era Baru Timnas Indonesia Dimulai
Dijelaskan, Kelompok Ternak 45 beranggotakan 50 orang dengan jumlah populasi sapi mencapai 80 ekor. Dari jumlah tersebut, 60% sapi sudah terindikasi terkena PMK.
Semua anggota kelompoknya sekarang ini didorong untuk melakukan penyemprotan disinfektan di kandang dan sekitarnya. Langkah tersebut sebagai upaya mencegah agar PMK tidak terus merenggut nyawa sapi di kawasan itu. (Roy)