BANTUL, KRJogja.com - Desa Wisata Krebet Kapanewon Pajangan Bantul sejauh ini dikenal sebagai sentra kerajinan batik kayu sarat dengan nilai budaya. Bahkan desa tersebut sekarang ini tengah membuat terobosan baru melalui teknologi Virtual Reality (VR).
Program tersebut sebagai upaya memperkenalkan kekayaan lokal secara lebih menarik dan mendalam. Dalam pelatihan di Sanggar Punokawan itu, sebanyak 35 peserta dari unsur pengelola desa wisata, tim digital ,karang taruna.
Kegiatan tersebut jadi ajang penting untuk membekali warga dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan potensi pariwisata lokal berbasis teknologi.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Dr, Laifa Rahmawati, Senin (4/8) mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan tim pengabdi dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan anggota Indri Kurniawati, M.Sc., dan Dr. Sisca Rachmadonna, serta melibatkan mahasiswa yakni Aprilia Latifah Nur Pratiwi, Nadia Syarifa Syahida S., Pramayudha Rischo Herlambang, Shabrina Dwi Annisa, dan Ahmad Zahran Furqan.
Program terlaksana dengan dukungan hibah Program Kemitraan Masyarakat (PKM) didanai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) lewat pendanaan HIBAH PKM BIMA serta didukung DRPM Universitas Negeri Yogyakarta.
"Judul kegiatan ini adalah “PKM Virtual Reality Berbasis Ekowisata untuk Meningkatkan Daya Tarik dan Keberlanjutan Pariwisata Batik Kayu di Desa Wisata Krebet," ujarnya.
Dengan langkah inovatif tersebut, Desa Krebet menunjukkan bahwa warisan budaya bukan hanya untuk dikenang. Tetapi juga bisa dihidupkan kembali melalui teknologi. Tradisi dan masa depan kini berjalan beriringan menuju pariwisata yang lebih inklusif, kreatif, dan berkelanjutan.
Materi pertama membahas pendekatan inovatif melalui teknologi VR dalam mengenalkan proses batik kayu secara imersif. Dalam konteks etnosains, VR tidak hanya menampilkan kekayaan budaya, jenis kayu, dan motif batik, tetapi juga mengintegrasikan konsep-konsep sains seperti fisika, kimia, biologi, dan matematika yang terkandung dalam proses produksi batik kayu. Kolaborasi antara teknologi dan kearifan lokal ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisata dan memperkuat keberlanjutan ekonomi serta identitas budaya Desa Krebet.
Materi kedua melengkapi dengan pendekatan manajemen desa wisata berbasis budaya lokal melalui Community Based Tourism (CBT). Pendekatan ini menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam pengelolaan wisata, penerapan prinsip keberlanjutan (ekonomi, sosial, dan lingkungan), serta pengembangan peluang usaha kreatif berbasis atraksi budaya. Materi ketiga memperkenalkan dasar-dasar teknologi yang mendukung sistem kerja VR, termasuk proses pembuatan konten digital dan perangkat lunaknya. Seluruh materi dirancang untuk mendorong pemikiran strategis sekaligus aplikatif.
Peserta juga mengikuti post-test dan pengisian survei evaluatif sebagai bagian dari penguatan pemahaman. Selain pelatihan, tim juga menyerahkan sejumlah perangkat penunjang VR kepada pengelola desa, meliputi 35 unit kacamata VR (VR Box 3D), aplikasi digital VR yang mencakup sejarah desa, wahana ekowisata, katalog kerajinan, testimoni pengunjung, serta 20 buku panduan pengguna dan pengelola VR.
"Penyerahan dilakukan langsung kepada Koordinator Desa Wisata Krebet, Agus Kumara Jati, S.E," ujarnya. (Roy)