Krjogja.com - BANTUL - Dalam merawat usia, banyak cara yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan berbagai berkat kepada sesama. Hal itu yang dilakukan Lajolie Aesthetic Yogyakarta. Bertepatan pada tanggal 4 Oktober 2025, klinik kecantikan ini menggelar acara bakti sosial di Panti Asuhan Bina Siwi, Pajangan, Bantul. Sebuah panti yang menaungi anak-anak berkebutuhan khusus.
Pemilik Lajolie Aesthetic, dr. Dyah Firstya menjelaskan bakti sosial ini secara khusus untuk mewujudkan rasa syukur.
Baca Juga: 20 Link Twibbon Ucapan Selamat HUT TNI 2025 ke-80, Tinggal Klik dan Pasang Foto Terbaikmu di Sini!
"Baksos ini menjadi wujud nyata rasa syukur atas pencapaian Lajolie selama tiga tahun terakhir. Sebagai respons atas antusiasme dan kepercayaan pasien yang tinggi terhadap layanan klinik, terutama pada Eyebag Fat Removal, treatment andalan yang telah berjalan selama dua tahun,” ujar dr. Dyah di Panti Asuhan Bina Siwi (4/10/2025).
dr. Dyah melanjutkan perawatan ini tidak hanya populer di kalangan warga lokal, tetapi juga menarik minat banyak pasien dari luar kota, bahkan hingga harus masuk daftar tunggu. Keberhasilan ini menjadi motivasi utama bagi Lajolie Aesthetic untuk berbagi rezeki dan kebahagiaan.
"Acara bakti sosial di Panti Asuhan Bina Siwi mencakup penyerahan bantuan berupa bahan makanan pokok, seperti beras, telur, gula, minyak goreng, dan mie instan. Bantuan ini disalurkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 48 penghuni panti,"kata dia.
Baca Juga: Korban Ambruknya Masjid Ponpes Al-Khoziny: Tim SAR Temukan 11 Jenazah, Total 36 Korban Jiwa
Baginya, momen ulang tahun ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat yang membutuhkan. Komitmennya tidak hanya sebagai penyedia layanan kecantikan, tetapi juga sebagai entitas bisnis yang peduli dan berkontribusi positif bagi komunitas.
Pengurus Panti Asuhan Bina Siwi, Jumilah mengucapkan rasa syukurnya atas kegiatan tersebut. Baginya, warga panti memang sangat membutuhkan bantuan baik material dan moral.
"Anak-anak di sini memiliki berbagai macam keterbatasan yang disandang. Mulai dari tunanetra, low vision, autisme , hingga tunarungu wicara,"kata Jumilah.
Tak sekedar merawat saja, pihak panti juga membimbing warganya untuk belajar seni dan enterpreneur.
"Kami memberikan pelatihan karawitan sebgai terapi untuk warga panti. Meski anak-anak tidak mampu calistung, tapi mereka mampu menjahit. Mereka bisa membuat baju, tas, hingga dompet. Selain itu mereka bisa membuat keset dari perca yang bisa dijual dengan harganya mulai Rp.5.000,- sampai Rp.30.000,-,"ujarnya.
(*3)