Krjogja.com - BANTUL - Peresmian Jembatan Kabanaran oleh Presiden Prabowo Subianto Rabu (19/11/2025) bukan hanya menghadirkan infrastruktur baru bagi warga Bantul dan Kulonprogo, tetapi juga membuka kembali sejarah panjang yang melatarbelakangi nama jembatan tersebut. Koordinator Kehumasan Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji, menyampaikan bahwa nama “Kabanaran” diberikan langsung oleh Gubernur DIY, Sri Sultan HB X.
Jembatan yang berada di atas Sungai Progo itu menghubungkan Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kulonprogo, dengan Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Bantul. Letaknya yang strategis sekaligus berada di kawasan sarat sejarah menjadi pertimbangan utama penamaan.
Ditya menjelaskan, kawasan Banaran yang dahulu dikenal sebagai Kabanaran merupakan pusat markas perjuangan Pangeran Mangkubumi menghadapi Belanda. Di tempat inilah sang pangeran diproklamasikan sebagai Raja Mataram pada 11 Desember 1749, dengan gelar Sunan Kabanaran, jauh sebelum dikenal sebagai Sultan Hamengku Buwono I.
"Pada masa itu, Kabanaran menjadi pusat kekuatan yang berkembang pesat. Pangeran Mangkubumi memerintahkan pembangunan kraton, pertahanan, permukiman, pasar, hingga penyelenggaraan acara besar seperti Garebeg Mulud pada 20 Februari 1750. Kawasan tersebut kerap didatangi para pemimpin wilayah yang menyatakan kesetiaan kepada Mangkubumi," ungkap Ditya.
Seiring perjalanan sejarah dan setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, Mangkubumi kemudian memakai gelar Sultan Hamengku Buwono I. Namun penyebutan Sunan Kabanaran tetap melekat dan menjadi bagian penting identitas perjuangannya.
Melalui penamaan Jembatan Kabanaran, Sri Sultan HB X ingin sejarah itu kembali dihadirkan dalam pembangunan masa kini. Nilai perjuangan, ketangguhan dan kebersamaan yang lahir dari Kabanaran diharapkan dapat terus menjadi semangat dalam menghadirkan kemajuan di wilayah DIY. (Fxh)