bisnis

Pengembangan UMKM DIY Harus Dari Hulu Ke Hilir

Selasa, 26 Maret 2024 | 21:32 WIB
Jimmy Parjiman, Dian Ariani, Lincolin Arsyad, Budiharto Setyawan, D Wahyu Ariani, Amirullah Setya Hardi, Tim Apriyanto. (Foto: Fira Nurfiani)

"Pelatihan tersebut bertujuan meningkat ketrampilan dan produktivitas tenaga kerja. Ujungnya daya saing pekerja di DIY semakin kompetitif.Bekerjasama dengan Kadin Indonesia dan lembaga lain, Kadin DIY menyelenggarakan pelatihan Go Digital bagi UMKM yang menjadi anggota Kadin," katanya.

Robby menekankan digitalisasi pendorong utama pertumbuhan dan efisiensi UMKM. Digitalisasi merubah dari sistem konvensional ke sistem digitalisasi dalam mengelola dan menjalankan bisnis. Manfaatnya efisiensi, peningkatan produktivitas, kualitas, pengembangan pasar, keuangan lebih efektif, keamanan.

"Digital marketing dibalik retail yg booming, menembus pasar antar wilayah sampai ekspor. Jasa parcel dan kaitannya perlu difasilitasi. Ongkir ekspor lebih diutamakan terkait sample sehingga PT Pos yang mengurang pelayanan di DIY semestinya tidak terjadi," ungkapnya.

Kadin DIY memberikan kesempatan kepada 1.000 unit usaha UMKM untuk menjadi anggota Kadin. Dengan bergabung di Kadin, UMKM dapat memanfaatkan bebagai fasilitas pelatihan dan pendampingan yang diselenggarakan oleh Kadin DIY dan Kadin Indonesia.

Berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI), Kadin DIY akan memfasilitasi sebanyak 500 UMKM untuk memperoleh HaKI. HaKI sangat berarti dalam melindungi hak cipta, paten, merek dagang, maupun desain suatu industri khususnya pada pelaku Ekonomi Kreatif (Ekraf) dan UMKM untuk mendukung pertumbuhan industri kreatif di Indonesia.

Direktur sekaligus Pemilik PT Indo Risakti Windu Sinaga menyampaikan perusahaan adalah salah satu UMKM lokal DIY yang masih bertahan sustainable sejak 2012 hingga saat ini. Pasang surut telah dialami PT Indo Risakti hingga mampu menembus ke pasar ekspor dengan berbagai negara tujuan.

"Jatuh bangun sudah kami alami hingga mempunyai pasar yang sebagian besar 98 persen adalah pasar ekspor. Meskipun pangsa pasar mayoritas ekspor namun visi kami dari awal memang pemberdayaan masyarakat. Sustainable itu yang kami selalu lakukan dan terus belajar pengelolaan dengan baik kemudian komunikasi dengan buyer sebagai kunci utamanya. Kami juga berharap ada dukungan berbagai pihak terkait supaya UMKM bisa bergerak lebih cepat," ujar Windu.

Dosen FBE UAJY sekaligus Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta Y. Sri Susilo menegaskan guna mendorong UMKM Gaspol: Go Digital & Go Export, pemangku kepentingan harus bersinergi dan berkolaborasi. Perguruan Tinggi (PTN/PTS) yang memiliki sumberdaya manusia (dosen dan mahasiswa) namun minimal sumber dana, dapat berkontribusi melalui program Abdimas, KKN serta Magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

"Sumber pendanaan dapat berasal dari CSR perusahaan dan perbankan, Dinas KUKM DIY, BI DIY dan sebagainya. Momentum Program MBKM seharusnya dapat digunakan oleh PTN/PTS untuk berkontribusi lebih nyata dalam mendorong UMKM Naik Kelas kedepannya," imbuh Susilo.

Kepala OJK DIY Jimmy Parjiman menyampaikan sebagai otorita, pihaknya masuk dalam rangka memperluas akses keuangan bagi UMKM. UMKM sendiri merupakan sasaran prioritas OJK untuk meningkatkan akses keuangan masyarakat. Pada 2024, inklusi keuangan ditargetkan minimal 90 persen masuk ke berbagai sektor, salah satunya UMKM. Termasuk memberikan literasi keuangan khususnya kepada UMKM skala ultra mikro agar bisa membuat laporan agar bisa memperoleh kredit dari perbankan.

Pengurus ISEI Cabang Yogyakarta Dian Ariani mengatakan salah satu tujuan pengembangan UMKM adalah untuk mensejahterakan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional. Berdasarkan data BPS, kontribusi UMKM terhadap PDB 60,5% dengan penyerapan tenaga kerja 96,9% dari total penyerapan tenaga kerja nasional. Sehingga bisa dikatakan UMKM sebagai critical engine atau motor penggerak pertumbuhan ekonomi.

"Akademisi wajib mendukung UMKM Gaspol. Mereka jangan dijadikan obyek riset saja, kita harus juga ikut 'ngeluarin'. Akademisi dapat berkontribusi dalam pelatihan dan pendampingan.sehingga pengetahuan Maio wawasan pelaku UMKM meningkat. Program pelatihan dan pendampingan dapat melibatkan mahasiswa serta berkolaborasi dengan perbankan dan perusahaan baik BUMN serta Swasta," papar perwakilan ISEI Cabang DIY Lincolin Arsyad.

Perwakilan ISEI Cabang Yogyakarta Rudy Badrudin mengungkap permasalahan yang biasa dihadapi UMKM dan sekaligus menjadi kelemahannya yaitu keterbatasan permodalan usaha yang dijalankan. Kemudian tata kelola yang belum memadai. Penguasaan teknologi terbatas, bahan baku terbatas, dan kesulitan pemasaran serta kontinuitas bahan baku.

Menurut Budiharto Setyawan, pelaku industri perhotelan juga berkomitmen mendukung tumbuh dan berkembangnya UMKM. Secara nyata sebagian hotel dipasok oleh UMKM, misalnya produk snack, cindera mata, bahan pangan, peralatan pendukung dan sebagainya. Pihaknya juga mempunyai program CSR untuk membantu pengembangan UMKM.

"Pengembangan UMKM juga harus sektor hulu atau pemasok UMKM. Seringkali pasokan bahan baku UMKM juga dipasok oleh UMKM. Dengan dukungan pelatihan dan pengembangan UMKM sasarannya juga untuk pemasok UMKM," ujar Dosen FEB UGM Amirullah Setya Hardi

Halaman:

Tags

Terkini

Bisakah Short Trade Crypto di Indonesia?

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:23 WIB

DEN kaji Pajak Karbon Masih Dikaji

Selasa, 9 Desember 2025 | 12:15 WIB

Smailing Tour Bergabung Sebagai Anggota Virtuoso

Senin, 8 Desember 2025 | 19:47 WIB