Pengurus ISEI Cabang Yogyakarta Rudy Badrudin menyebut momentum ini acap kali disebut Lebaranomic karena banyak aktivitas ekonomi selama bulan puasa yang akan menambah uang yang beredar.
Ditambahkan intermediasi perbankan yang tumbuh baik sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Survei indeks konsumen juga meningkat berdasarkan survei BI. Selanjutnya peningkatan mobilitas arus mudik hingga kesiapan uang kartal.
"Sebenarnya kita harus ngirit di bulan puasa tetapi kenyataannya justru tidak. Belanja dan konsumsi naik sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi atau yang disebut Ramadanomics. Pengeluaran pasti meningkat baik untuk konsumsi maupun sosial. Untuk itu, harus bertindak hemat dan cermat sehingga ada hal-hal yang tak perlu dilakukan," papar Dekan FE UWM Jumadi.
Pengurus ISEI Cabang Yogyakarta Gumilang Sahadewo menyoroti persoalan kemiskinan di DIY yang masih tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi. Problematika klasik tersebut perlu segera dicarikan jalan keluar seiring dengan membaik perekonomian DIY.
"Ramadan merupakan momen yang bagus bagi perekonomian karena kebutuhan atau permintaan masyarakat otomatis meningkat. Sehingga secara umum, Ramadan dan Idul Fitri adalah momen yang baik bagi peningkatan konsumsi dan otomatis akan mendorong pertumbuhan ekonomi," lanjut Dosen FE UWM Bhenu Artha.
Sedangkan Perwakilan dari BRIN Bakti Wibawa menyebut momentum bulan Ramadan ini menjadi berkah bagi pelaku UMKM terutama baik skala besar hingga mikro baik terutama. Sebab terjadi anomali konsumsi di bulan puasa yang seharusnya berkurang justru meningkat dikarenakan adanya tradisi dan sosial. (Ira)
