gaya-hidup

Gedung Daur Ulang Sampah Semegah Mall di Tokyo

Senin, 12 Oktober 2020 | 00:10 WIB
Gedung Musashino Clean Center seluas 17.000 meter persegi, pabrik sampah yang sangat mewah mirip gedung universitas atau mall.

JEPANG adalah negara terbaik yang patut dicontoh dalam daur ulang sampah. Bagi orang yang pertama kali datang ke Tokyo, tidak akan mengira bahwa sebuah gedung mewah, besar, artistik, dan indah karena rimbun pohon sakura di samping balai kota Musashino itu adalah `pabrik sampah. Bangunan semewah itu sangat mirip dengan gedung mall, universitas, atau perkantoran. Luas gedungnya pun cukup spektakuler, yakni 17.000 meter persegi.

Bangunan mentereng dengan desain gaya milenial ini mulai dibangun Mei 2014 dan baru selesai dibangun Maret 2017. Biasanya,orang baru `ngeh` bahwa gedung megah itu bukanlah mall atau universitas setelah lama tinggal di Tokyo atau membaca brosur informasi kota. Gedung supermewah dan superbesar tersebut adalah Musashino Clean Center, yakni gedung pengelolaan dan daur ulang sampah di kota Musashino, salah satu kotamadya di provinsi Tokyo. Tempat itu indah, bersih, terbuka untuk umum sebagai tempat edukasi, bahkan, ada kafe mewah di dalamnya.

Provinsi Tokyo Raya yang terdiri atas 31 kotamadya dengan jumlah penduduk lebih dari 38 juta adalah salah satu provinsi terpadat di dunia. Adapun Ibu Kota Metropolitan Tokyo sendiri juga sudah sangat sesak, karena berpenduduk 13,9 jiwa dengan luas wilayah yang lebih kecil daripada DKI Jakarta. Kondisi yang demikian membuat pemerintah setempat harus sangat serius dalam menangani sampah. Dengan tingkat kerapatan penduduk yang luar biasa, sampah akan menjadi bencana yang serius dan menakutkan jika salah kelola.

Kota metropolis itu selama puluhan tahun kini telah menjadi contoh pengelolaan sampah terbaik di Jepang, sekaligus terbaik di dunia. Manajemen yang prefeksionis dalam hal tata kelola sampah, baik yang diproduksi oleh rumah tangga, perkantoran, pertokoan, restoran, maupun industri, menjadi cetak biru manajemen pemerintah kota. Aturan ini wajib dipatuhi secara ketat oleh seluruh warga yang tinggal di Jepang, termasuk orang asing.

Meskipun penggunaan plastik masih sangat tinggi di Jepang, tetapi daur ulang sampah sangat masif dan konsisten dilakukan di semua wilayah sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat dan negara. Tanggung jawab terhadap sampah itu juga ditanamkan secara keras dan disiplin tinggi bagi seluruh masyarakat. Bahkan sesi edukasi tanggung jawab tentang sampah itu telah ditanamkan sejak masuk sekolah TK. Oleh karena itu, budaya hidup bersih dan sehat sudah mendarah daging di masyarakat. Oleh karena itu, kota-kota, kampung-kampung, hingga pelosok desa di Jepang biasanya tampil kinclong, hampir susah sekali ditemukan sampah botol bekas, plastik, sedotan, bekas bungkus makanan, bahkan daun yang berceceran di pinggir jalan atau tempat-tempat umum.

Tidak mengherankan jika ada video banjir di sebuah kota di Jepang yang air banjirnya jernih. Video itu tahun 2019 itu sempat viral di media sosial. Demikian pula video tentang kampung-kampung pedesaan di Jepang yang air selokannya sangat cling dan bisa langsung diminum; atau saluran air di kota yang penuh ikan koi, yang sangat inspiratif. Hal ini menunjukkan bahwa kota dan desa di Jepang memang bebas polusi sampah.

Jadwal Sampah yang Ketat dan Memusingkan




-

Bagi para diaspora Indonesia yang tinggal di Tokyo, baik yang bekerja maupun pelajar, jadwal sampah yang superketat dan superdetail itu sering memusingkan. Hal itu sering jadi gurauan: “menghafal jadwal membuang sampah di Jepang lebih sulit daripada mengerjakan soal ujian”.

Selain itu, masing-masing prefektur, provinsi, kota, bahkan tingkat RT di Jepang, umumnya mereka mempunyai aturan spesifik sendiri-sendiri dan jadwal yang berbeda. Sebagai contoh, aturan di Tokyo lebih detail daripada di kota lain, misalnya Kyoto, Nara, Osaka, Hiroshima, Hokaiddo, dan seterusnya. Bagi turis asing yang hanya tinggal beberapa hari atau minggu di Jepang, aturan ini mungkin tidak begitu terasa.

Namun, bagi pemukim yang tinggal lama, aturan ini berdampak serius. Jika seseorang lupa, terlambat, atau salah melihat jadwal buang sampah, maka semuanya bisa berakibat konyol karena bisa jadi harus menunggu pembuangan sampah sejenis pada minggu berikutnya.

Sebagai contoh, di kawasan tempat tinggal kami di Kichijoji, Musashino, jadwal sampah selama satu tahun penuh hanya tersedia dalam bahasa Jepang. Untuk mengetahuinya, kita bisa meminta seseorang menerjemahkan atau mencoba menerjemahkan sendiri melalui scan kamera google translate. Hari senin, misalnya, jadwal buang sampah di kompleks kami adalah sampah dapur (sampah terbakar) dan harus dikantongi plastik warna hijau, (plastik khusus ini bisa dibeli di minimarket dengan harga kurs sekitar 60 ribu dan 120 ribu rupiah isi 20 lembar) dan sampah daun (plastik transparan).

Halaman:

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Siap-siap, Chef Devina Punya Format Konten Terbaru

Kamis, 11 Desember 2025 | 13:40 WIB