DULU, sebelum renovasi 2006 Embung Bembem selalu mengalami kekeringan pada saat musim kemarau tiba. Dan selama kurun waktu 10 tahun Embung Bembem hanya digunakan warga untuk mencuci, mandi, dan mengaliri sawah – sawah warga termasuk juga untuk memandikan ternak masyarakat serta digunakan untuk event mancing bersama. Padahal dari beberapa embung yang ada, kondisi air embung bisa dikatakan paling baik. Bahkan pascarenovasi, embung bisa dikatakan tidak pernah kekeringan.
Adalah Lurah Suwitono yang mengangankan embung menjadi sebuah destinasi wisata yang akan memberikan tambahan hasil bagi desa dan warganya. Namun bagaimana kebutuhan warga akan pemanfaatan air embung?
Melalui perjalanan yang cukup panjang akhirnya Gua Pego -- atau bisa disebut Sungai Pego – yang lokasinya tidak jauh dari embung, dapat dimaksimalkan pengangkatan airnya untuk masyarakat melalui Program Pamsimas. Dengan adanya aliran air untuk kebutuhan masyarakat dari Gua Pego, air Embung Bemben tak lagi digunakan untuk keperluan sehari-hari warga. Bahkan bisa dikatakan siap menjadi Destinasi Wisata Kalurahan Giriasih.
Secuil kisah itu dipaparkan Dosen Pembimbing Lapangan KKN UII Usmar Cim’s Ismail SE dalam pertemuan pers, Selasa (29/12) siang. Kisah itu bak gayung bersambut dengan penerjunan Mahasiswa KKN UII di Desa Giriasih 2017. KKN dengan pembimbing Drs Aden Wijdan SZ MSi beberapa program kegiatan yang di rancang mahasiswa, salah satunya mendukung Rencana Embung Bembem menjadi destinasi wisata. Dan sejak itu mahasiwa KKN selalu diterjunkan di kawasan tersebut untuk mewujudkan rencana desa tersebut.
Strategis
Kini Embung Bembem disebut Dosen FTI UII Agus Taufiq MSc bukan lagi tempat mandikan ternak, namun sebuah objek wisata menarik di Kalurahan Giriasih Kapanewon Purwosari Gunungkidul. Menurut Agus yang pernah menjabat Kepala Pusat KKN DPPM UII, dengan letaknya yang strategis di atas Parangtritis menuju Panggang – Purwosari, Embung Bembem sangat potensial dikembangkan dan dikelola professional. “Selanjutnya di kawasan ini juga akan dikembangkan tanaman buah yang bisa dipetik dan dinikmati wisatawan, tempat selfie dan kuliner,†jelas Agus Taufik. Namun kami berharap, lanjutnya, desa juga mengembangkan potensi seni yang ada untuk ditampilkan ada even-even tertentu.
Meski sudah mulai dikunjungi wisatawan sejak November lalu, peluncuran Embung Bembem sebagai obwis baru dilakukan Sabtu (26/12). Dalam kesempatan itu UII telah menyerahkan 2 perahu karet lengkap dengan baju pelampung. Namun pemikiran pengembangan kawasan wisata, sebut Agus, akan terus dilakukan.
Sebagai sebuah Lembaga pendidikan, UII pun disebut Agus Taufiq ingin mengajak warga dan pengurus Kelurahan Giriasih untuk menjadikan Embung Bembem sebagai tempat wisata edukasi. Di kawasan ini kelak wisatawan selain bisa menikmati wisata dengan perahu karet dan akan dilengkapi sepeda air. “Kelak, wisatasan juga akan dimanjakan dengan secara langsung melihat bahkan terlibat dalam kegiatan warga,†jelasnya.
Agus tidak berlebihan. Namun akan memberdayakan kegiatan warga dalam kerajinan membuat emping mlinjo, kerajinan anyaman bamboo dan lainnya. “Sehingga wisatawan bisa terlibat dalam membuat emping melinjo, kerajinan bamboo dan lainnya. Bahkan termasuk memberi makan ternak dengan benar dan lainnya. Karena di daerah ini terdapat banyak perajin yang membuat produk tersebut,†katanya. Selama ini, wisata seperti terjun ke sawah untuk membajak, menanam padi dan sejenisnya cukup disuka wisatawan kota atau manca. (Fsy)