Krjogja.com - YOGYA - Desa Nglanggeran di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, dikenal sebagai salah satu desa wisata unggulan yang memadukan pesona alam, nilai budaya, serta pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. Berada di kawasan perbukitan karst yang menawan, desa ini menjadi destinasi favorit wisatawan yang mencari ketenangan alam sekaligus pengalaman edukatif tentang geowisata.
Ikon utama desa ini adalah Gunung Api Purba Nglanggeran, formasi batuan besar yang terbentuk dari aktivitas vulkanik sekitar 60 juta tahun lalu. Gunung ini dahulu merupakan gunung api bawah laut yang terangkat ke permukaan dan kini menjadi situs geopark yang memiliki nilai geologis tinggi.
Puncak Gunung Gedhe yang berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut dapat dicapai dengan pendakian selama kurang lebih satu jam. Dari atas puncaknya, pengunjung akan disuguhi panorama alam yang memukau. Hamparan pegunungan hijau di siang hari dan gemerlap lampu Kota Yogyakarta di malam hari.
Baca Juga: Indonesia Tahun 2025 Tidak Impor Beras
Selain keindahan alamnya, Gunung Nglanggeran juga sarat dengan cerita rakyat yang melegenda. Konon, nama “Nglanggeran” berasal dari kata nglanggar yang berarti “melanggar”. Cerita turun-temurun menyebutkan bahwa daerah ini menjadi tempat hukuman bagi warga desa yang berani merusak wayang milik seorang dalang.
Akibatnya, mereka dikutuk menjadi batu. Kini, batu-batu besar yang tersebar di area gunung diyakini sebagai sisa peninggalan legenda tersebut. Beberapa di antaranya bahkan dipercaya sebagai tempat pertapaan pada masa lampau, menambah nuansa mistis sekaligus historis bagi pengunjung.
Tidak jauh dari kaki gunung, sekitar 1,5 kilometer, terdapat Embung Nglanggeran, sebuah telaga buatan seluas 0,34 hektar yang berfungsi sebagai penampung air untuk mengairi kebun buah kelengkeng dan durian milik warga. Namun, embung ini juga menjadi daya tarik wisata tersendiri karena keindahan lanskapnya, terutama saat matahari terbenam.
Baca Juga: Indonesia dan Australia Justru Berkompetisi di Komoditas Kunci
Di sekitarnya dibangun area amphitheater alami yang sering digunakan untuk menggelar berbagai acara budaya dan pertunjukan malam seperti Geopark Night Specta, menghadirkan harmoni antara alam, seni, dan masyarakat lokal. Sinergi pengelolaan wisata di Nglanggeran semakin kuat dengan adanya dukungan dari berbagai pihak.
Pada 26 Juni 2026, Badan Otorita Borobudur (BOB) bersama Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul mengadakan pertemuan koordinasi di Dinas Pariwisata Gunungkidul. Fokus utama pembahasan adalah peningkatan kolaborasi kehumasan dan optimalisasi media sosial untuk memperkenalkan destinasi wisata Gunungkidul secara lebih luas.
Supriyanta, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi sekaligus Plt. Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Gunungkidul, menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri wisata. Melalui kolaborasi tersebut, diharapkan promosi pariwisata tidak hanya mengangkat keindahan alam, tetapi juga memperkuat ekonomi masyarakat sekitar.
Baca Juga: Ternyata Inilah Penyebab PLN Tidak Menaikkan Tarif Listrik Non-subsidi
Sementara itu, Yusuf Hartanto selaku Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik BOB menambahkan bahwa media sosial kini menjadi alat efektif dalam membangun citra positif dan menjangkau wisatawan internasional. Dengan perpaduan antara potensi alam yang mempesona, cerita budaya yang unik, dan strategi promosi digital yang kuat, Desa Wisata Nglanggeran terus berkembang menjadi destinasi unggulan berbasis ekowisata dan pemberdayaan masyarakat.
"Desa ini bukan hanya simbol keindahan alam Yogyakarta, tetapi juga contoh nyata bagaimana kolaborasi dan inovasi digital dapat menggerakkan sektor pariwisata secara berkelanjutan," ungkap Yusuf, Selasa (18/11/2025).